Krjogja.com - YOGYA - Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) baru saja merampungkan tema keempatnya, yaitu Natural Beauty, Family & Inner Child. Tiga minggu sebelumnya, mengangkat tema Healthy Food and Herbals, Eco-Friendly Living, dan Spiritual Wellness & Energy Healing JCWF berhasil menarik minat peserta yang tidak hanya berasal dari Jogja, tetapi daerah sekitar, bahkan mancanegara.
JCWF yang digelar selama bulan November di Mustika Yogyakarta Resort and Spa nawarkan pengalaman penyembuhan jiwa dengan kembali ke kearifan lokal Jawa. Pengalaman-pengalaman tersebut dihadirkan dalam bentuk workshop, meditasi, pentas seni dan budaya, dan artisan market bersama praktisi, fasilitator, dan pegiat komunitas lokal.
JCWF mengajak peserta untuk menemukan perspektif baru tentang keseimbangan batin, kejernihan pikiran, dan cara menjaga energi di tengah hidup modern dengan kembali ke warisan leluhur. Sejak peluncurannya pada tanggal 1 November 2025 oleh GKR Bendara, JCWF juga mendapatkan semakin banyak sorotan dari media, KOL, dan tentunya instansi pemerintah.
Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BOB) melihat antusiasme masyarakat terhadap JCWF sebagai sinyal positif peningkatan kunjungan wisatawan ke Jogja di salah satu wilayah kerjanya. Selain itu, antusiasme ini juga menunjukkan semakin tingginya minat masyarakat pada wisata kebugaran (wellness) yang terus didorong oleh pemerintah.
Sebagai satuan kerja di bawah Kementerian Pariwisata, BOB bekerja sama dengan Remen Jawi juga telah menginisiasi satu paket wisata wellness bernama Moekti Diri. Mengusung konsep Forest Wellness Culture, Moekti Diri mengajak peserta untuk mengenal lebih dekat alam, tradisi, dan komunitas lokal sekitar perbukitan Menoreh.
Melalui Moekti Diri, peserta akan menikmati kontemplasi yang menenangkan jiwa sekaligus belajar membuat jamu, mengenal kuliner tradisional, dan berkreasi seni bersama warga lokal. Seluruh rangkaian Moekti Diri diselenggarakan di kawasan Borobudur Highland yang merupakan wilayah otoritatif BOB.
Direktur Utama BOB, Agustin Peranginangin, menyebutkan Moekti Diri melibatkan masyarakat dan UMKM sekitar sebagai support system sesuai potensi masing-masing, terutama sebagai praktisi pembuatan jamu dan penyedia makanan selama gelaran. Ke depan, BOB akan menggali dan mengoptimalkan potensi alam di sekitar perbukitan Menoreh.
"Di Desa Nglinggo, misalnya, banyak tumbuh cengkeh, pinus, kapulaga, kunyit, jahe, dan vanili. Dan kami melihat masyarakat Nglinggo punya ‘DNA’ yang kuat untuk mengekstrak tanaman-tanaman tersebut menjadi minyak atsiri atau aroma terapi yang bisa masuk dalam paket Moekti Diri," ungkap Agustin, Selasa (25/11/2025).
Tanggal 20-21 Desember nanti, Moekti Diri akan memasuki gelaran ketiganya. Sejak gelaran pertamanya di bulan Agustus 2025, Moekti Diri terus menarik peminat, bukan hanya dari warga lokal Jogja dan Jawa Tengah, tetapi juga dari kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa.
Saat ini, BOB masih menyasar wisawatan kelas menengah sebagai target utamanya. Tetapi ke depan, BOB akan melakukan penetrasi pasar melalui kolaborasi dengan travel agent agar Moekti diri bisa masuk ke paket wisata mereka.
"Kami mulai berkolaborasi dengan Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata untuk mendukung pemasaran Moekti Diri pada event-event nasional maupun internasional. Sejalan dengan hal tersebut, BPOB bersama mitra terus berupaya untuk meningkatkan kapasitas SDM Moekti Diri untuk menyambut tamu yang lebih banyak," tambah Agustin.
Ke depan, Agustin berharap Moekti Diri dapat menjadi bagian dari JCWF untuk menyukseskan program Wonderful Indonesia Wellness yang dicanangkan oleh Kementerian Pariwisata dan menarik minta wisatawan mancanegara untuk menyukseskan Visit Indonesia Year 2027. (Fxh)
Peluncuran JCWF beberapa waktu lalu
