Tiga Film Pendek Kompetisi MAXStream Bawa Tema Keindonesiaan

Photo Author
- Senin, 1 Desember 2025 | 17:30 WIB
foto: risbika putri  caption: General Manager Digital Content Creation and Community Telkomsel, Anto M. C. Sihombing di JAFF
foto: risbika putri caption: General Manager Digital Content Creation and Community Telkomsel, Anto M. C. Sihombing di JAFF

KRjogja.com, YOGYA - Tiga film pendek hasil kompetisi MAXStream Studios tayang di JAFF. Tiga film itu ialah Hanya Ada Kedamaian di Balik Jendela Rumahmu, Yuck & Yum, dan The Lost Forest. Ketiganya terpilih dari 194 pendaftar.

General Manager Digital Content Creation and Community Telkomsel, Anto M. C. Sihombing menuturkan Secinta Itu Sama Indonesia (SISI) adalah kompetisi film pendek yang diselenggarakan oleh Telkomsel melalui MAXStream Studios.

"SISI adalah kelanjutan dari inisiatif tahun sebelumnya, Secinta Itu Sama Sinema (SISS), yang telah membuka ruang bagi sineas muda untuk berkarya, berekspresi, dan menunjukkan potensi terbaik mereka,"ujar Anto di XXI Empire (30/11/2025).

Proses seleksi SISI telah berlangsung sejak 18 Agustus hingga 10 September 2025 sebagai juri adalah sutradara Aco Tenriyagelli. 

Adapun tiga film yang ditayangkan di JAFF ini memiliki story board yang unik dan berbeda. "Film Yuck & Yum! besutan sutradara Kurnia Alexander mengangkat tragedi kebakaran di restoran asing tempatnya dulu bekerja, Ayu, pelayan Jawa yang menjadi subjek filmnya, berusaha memberikan performa yang dapat diterima semua orang. Ayu berjuang menjaga citra diri yang “beradab” di tengah tekanan yang senantiasa meningkat,"ujar Anto.

Lalu film ke dua yaitu A Sanctuary For Nobody (Hanya Ada Kedamaian di Balik Jendela Rumahku) karya sutradara Ayesha Alma Almera.

"Menceritakan lelaki penghuni kontrakan sederhana, bernama Dunya. Awalnya hanya ingin terbebas dari bau pesing yang selalu muncul dari balik jendela kamar. Ia membuat makam palsu lengkap dengan sesajen agar tampak seperti tempat keramat. Namun upaya kecil itu justru memicu serangkaian kejadian absurd,"kata dia.

Terakhir film The Lost Forest menceritakan Uli, anak goa karst Kalimantan yang dibesarkan dalam tradisi pra-sejarah, dilepas ke hutan untuk membuktikan dongeng leluhur. 

"Namun ketika ia menemukan jejak manusia modern di dalamnya, Uli harus memilih antara mempercayai mitos nenek moyangnya atau menerima kenyataan baru yang dapat mengguncang identitas sukunya. Film ini digarap sutradara Mizam Fadilah Ananda,"tandas Anto. (*3)

 

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X