Kenaikan Harga Pangan Warnai Inflasi DIY November

Photo Author
- Kamis, 4 Desember 2025 | 22:15 WIB
kenaikan harga beras memicu inflasi di Yogyakarta masih tinggi (Dok)
kenaikan harga beras memicu inflasi di Yogyakarta masih tinggi (Dok)
YOGYA, KRjogja.com – Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan kembali mewarnai laju inflasi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada November 2025. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan DIY mencapai 0,27% (mtm), lebih rendah dibandingkan Oktober namun masih dipengaruhi oleh pergerakan harga pangan yang fluktuatif.
 
BPS juga mencatat inflasi tahunan November berada pada angka 2,92% (yoy), sedikit meningkat dari 2,90% pada Oktober. Secara tahun kalender, inflasi DIY mencapai 2,45% (ytd). Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menegaskan kondisi inflasi tersebut masih dalam batas kewajaran. “Pergerakan harga bulan November masih sesuai pola musiman dan kami memastikan tekanan inflasi tetap terkelola,” ujarnya di Yogyakarta, Kamis (4/12).
 
Sudibyo menuturkan kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan kenaikan 0,77% (mtm) dan andil 0,20%. Tomat, bawang merah, kacang panjang, dan wortel menjadi komoditas yang paling berperan. Penurunan pasokan tomat akibat curah hujan tinggi serta menipisnya stok bawang merah pascapanen menjadi faktor pemicu kenaikan harga.
 
Selain itu, permintaan masyarakat terhadap bawang merah ikut meningkat sehingga turut menambah tekanan harga. “Komoditas hortikultura sangat sensitif terhadap cuaca. Saat pasokan terganggu, dampaknya langsung terasa pada inflasi pangan bulanan,” jelas Sudibyo.
 
Dari kelompok nonpangan, inflasi turut dipengaruhi oleh naiknya harga emas perhiasan pada kelompok Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya. Harga emas global yang meningkat akibat ketidakpastian ekonomi dunia dan risiko geopolitik berdampak pada kenaikan harga emas di tingkat lokal.
 
Di sisi lain, beberapa komoditas justru mencatatkan penurunan harga yang membantu menahan inflasi lebih tinggi. Daging ayam ras, telur ayam ras, semangka, kelapa, dan salak memberi andil deflasi, di mana daging ayam ras menjadi penyumbang terbesar seiring melimpahnya pasokan peternak.
 
Bank Indonesia DIY bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat koordinasi menjaga stabilitas harga menjelang akhir tahun. Strategi 4K yaitu Ketersediaan pasokan, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif, dinilai masih efektif menjaga pergerakan harga pangan.
 
Beragam langkah dilakukan, mulai dari operasi pasar, optimalisasi Kios Segoro Amarto sebagai rujukan harga, kampanye belanja bijak, hingga penguatan Kerja Sama Antar Daerah (KAD) untuk menjamin ketersediaan komoditas strategis. Inisiatif masyarakat dalam menjaga stabilitas pasokan juga menjadi faktor pendukung.
 
Sebagai bentuk komitmen bersama, Pemda DIY dan Bank Indonesia menggelar High Level Meeting (HLM) TPID Menjelang Nataru 2025 bersama kepala daerah se-DIY. Pertemuan tersebut menegaskan kembali langkah strategis pengendalian inflasi agar tetap berada pada target 2,5% ± 1% hingga akhir tahun. (Ira)
 
 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Agusigit

Tags

Rekomendasi

Terkini

X