Kejadian empirik itu memancing minat Rafael Priyono, warga Manukan Yogya. "Ternyata yang irasional bisa rasional. Normal," papar cerpenis dan pemerhati seni budaya tersebut.
Kanjeng Ratu Kidul Ternyata Suka Brongkos
Penyair Iman Budhi Santosa (alm) yang memberi kata penutup di buku tersebut mendukung Joko dengan menyebut berbagai peristiwa aneh yang sempat ditemuinya.
"Ada orang yang hilang tiga tahun hilang, kembali lagi dan ternyata mengaku selama hilang berada di Keraton Ratu Kidul. Orangnya masih ada. Bisa dicek," ungkap penyair Matahari-matahari Kecil yang juga ikut menyaksikan kehadiran utusan Ratu Kidul di ritual tersebut.
Dalam prolog di buku Ratu Kidul Gugat, Bakdi Soemanto menyebut keterterimaan Kanjeng Ratu Kidul bukan hanya persoalan percaya atau tak percaya. Juga menyangkut persoalan ideologi. Ada realitas yang sangat nyata: bisa dilihat, diraba, dicium baunya. dijilat dengan lidah. Didengar suaranya tetapi dianggap tidak ada.
Ada yang menstigma Ratu Kidul dengan berbagai opini negatif. Namun Joko membuktikan: Ratu Kidul merupakan sosok bunda yang ngayomi warganya dengan tulus. Iman Budhi Santosa juga mengakuinya (hal 120).
Sebelum berpisah dengan Joko, Ratu Kidul sempat berpesan agar hati-hati: "Wis, yo ngati-ati, ojo nrabas wewaler (Sudah ya, hati-hati jangan melanggar larangan)!"
Secara tak sengaja Joko melanggar pantangan. Akibatnya mobil yang ditumpangi menabrak gardu listrik di Dusun Druwo Jalan Parangtritis Yogya. Membuatnya harus dibawa ke rumah sakit dan mendapat 65 jahitan. (Latief Noor Rochmans)