YOGYA, KRJOGJA.com - Wilayah DIY dan sekitarnya hingga awal Juni 2022 secara umum sudah memasuki musim kemarau. Hanya saja, pada awal hingga pertengahan musim kemarau ini ada beberapa anomali iklim yang mendukung penambahan curah hujan di musim kemarau.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya anomali suhu permukaan laut di Samudera Hindia Selatan Jawa yang relatif hangat. Kondisi ini tetap berlangsung sampai dengan bulan September 2022.
"Pemantauan terhadap anomali iklim global di dua samudera. Samudera Pasifik Ekuator dan Samudera Hindia yang menunjukkan terdapat indikasi munculnya anomali iklim 'La Nina moderate' dengan indeks Nino 3.4 : -1.22," ujar Etik Setyaningrum, selaku Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun klimatologi Sleman, Senin (13/6/2022).
Menurut Etik, diprediksi La Nina dengan kecenderungan kategori moderate kemudian berangsur-angsur lemah sampai dengan September 2022. Dan La Nina dalam kategori lemah ke netral akan berlangsung pada Oktober - November - Desember 2022.
Indikasi lain, yakni IOD (Indian Ocean Dipole) menunjukkan kecenderungan kearah IOD negatif (berdampak pada penambahan suplai uap air). Dan ini diprediksikan sampai dengan Agustus 2022.
"Dengan adanya anomali iklim tersebut berdampak pada potensi penambahan curah hujan. Terutama pada periode awal musim kemarau hingga selama periode musim kemarau dengan kriteria curah hujan rendah ke menengah dengan sifat hujan atas normal atau lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-ratanya," jelasnya.
Hal lain yang mendukung terjadinya cuaca ekstrem dibeberapa hari terakhir ini, karena adanya belokan/pertemuan angin di sekitar wilayah Indonesia. Seperti munculnya beberapa tekanan rendah disebelah barat Sumatera, yang berlangsung 2 hingga 3 hari ke depan. Selain itu menghangatnya suhu permukaan laut di selatan Jawa.
Kondisi-kondisi tersebut memperkuat munculnya cuaca ektrim belakangan ini. Mengenai penyebab munculnya cuaca ektrim karena awan CB (Cumulonimbus). Yaitu salah satu jenis awan rendah tetapi pertumbuhan awannya vertikal menjulang tinggi dan materinya padat.
Diprakirakan untuk tiga bulan ke depan yaitu pada bulan Juni hingga Agustus 2022. Curah hujan dengan kriteria rendah-menengah umumnya berkisar 0 – 150 mm/bulan.
"Masyarakat dihimbau agar mulai mempersiapkan diri dengan musim kemarau yang bersifat atas normal hujannya. Dengan mewaspadai terhadap kemungkinan hujan disertai angin yang dapat menyebabkan pohon maupun baliho tumbang atau roboh. Agar tidak berlindung di bawah pohon jika hujan disertai kilat atau petir. Untuk para petani supaya mulai mempersiapkan pola tanam yang sesuai kondisi tersebut agar tidak mengalami gagal panen," jelas Etik.
Terpisah, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, mengingat cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang masih berpotensi terjadi di DIY, maka masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem.
"Saya kira kabupaten/kota telah menyiapkan antisipasi untuk menghadapi cuaca ekstrem seperti yang beberapa waktu terakhir terjadi. Karena menghadapi musim seperti ini memang harus hati-hati karena pohon yang tinggi, tua, dan sebagainya rawan roboh. Selain itu mereka juga perlu memastikan kesiapan logistik dan anggaran yang dapat digunakan seandainya ada kejadian yang tak diinginkan," kata Sultan saat dimintai tanggapan soal hujan deras dan angin kencang yang terjadi di Sleman, Senin (13/6/2022).