yogyakarta

Disbud DIY Ulas Peran 'Wong Cilik' di Serangan Umum 1 Maret 1949

Minggu, 28 Maret 2021 | 13:24 WIB
Rully Andriadi membuka Jambore dan Outing Serangan Umum 1 Maret, Sabtu (27/03/2021) di Hotel Prime Plaza Yogyakarta. (Wulan Y)

YOGYA, KRJOGJA.com - Kesuksesan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta tidak lepas dari peran dan kontribusi 'wong cilik'. Mulai dari kurir pembawa pesan, petugas kesehatan, petugas dapur umum, dan seluruh masyarakat bekerja sama dan bahu membahu demi kesuksesan peristiwa bersejarah itu.

Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa Sastra, dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, Rully Andriadi pada pembukaan Jambore dan Outing Serangan Umum 1 Maret, Sabtu (27/03/2021) di Hotel Prime Plaza Yogyakarta. "Suksesnya serangan peristiwa 1 Maret tidak akan berhasil jika tidak didukung oleh orang-orang kecil yang tidak terlihat. Bagian logistik, konsumsi, pengantar pesan, petugas kesehatan," ujarnya.

Meski sangat penting, peran tidak terlihat itu juga jarang sekali diceritakan dan dibahas pada pelbagai diskusi sejarah. Oleh sebab itu, Rully mengatakan pentingnya mengulas hal yang tidak pernah diceritakan pada acara jambore tersebut.

"Itu akan kita bagi hari ini kita akan sampaikan peristiwa besar itu tidak akan berhasil jika tidak didukung peristiwa-peristiwa kecil di dalamnya. Nah inilah tujuannya kami ingin membangun narasi yang lokal mengenai peristiwa serangan umum 1 maret," paparnya.

"Peristiwa besar tak akan berhasil bila tidak didukung peristiwa-peristiwa kecil di dalamnya. Kami ingin membagi narasi itu," imbuhnya.

Setidaknya, sebanyak 80 komunitas sejarah di Yogyakarta mengikuti acara Jambore dan Outing Serangan Umum 1 Maret 1949 bertajuk Patriot Bangsa Merebut Ibu Kota.

Beberapa tema menarik dihadirkan mulai dari peran dapur umum bagi perjuangan, perjuangan diplomasi pasca Serangan Umum 1 Maret 1949, perjuangan dr Sardjito, dan kondisi Yogyakarta pasca Serangan Umum 1 Maret 1949."80 peserta harapannya bis membagi cerita ini, disampaikan keluarga dan masyarakat,'' imbuhnya.

Rully juga mengatakan kegiatan selain bertujuan memerkokoh Nasionalisme dan sebagai rangkaian peringatan 1 Maret 1949, namun juga merupakan salah satu bagian dari upaya mensosialisasikan peristiwa kepada masyarakat untuk dijadikan sebagai hari besar Nasional.

Sebelumnya, ide menjadikan Serangan Umum sebagai hari besar nasional diutarakan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan HB X kepada Presiden Joko Widodo pada 31 Oktober 2018 lalu. Mendapat lampu hijau dari Presiden, naskah akademik sudah dibuat dan dikirimkan ke Sekretariat Negara pada Februari 2019.

"Dari Sekretariat negara mendisposisi surat tersebut ke kememterian Dalam negeri sekaligus menujuk sebagai pemrakarsa. Dengan demikian kita dari Pemda DIY menunggu aksi berikutnya seperti apa. Koordinasi kita lakukan terus agar proses pengusulan berlanjut," jelasnya.

Sementara, salah satu penggiat sejarah, Retna Astuti menceritakan perjuangan Ibu Ruswo yang terjun ke lapangan dalam perjuangan pergerakan nasional melalui berbagai organisasi wanita dan organisasi sosial.

Pada waktu Belanda mulai melancarkan serangan ke Yogyakarta, keadaan kota menjadi kacau sehingga rakyat bahu membahu melakukan perlawanan. Dalam melakukan serangan, para pejuang mendapat bantuan dari penduduk mulai dari pemberian keterangan tentang kedudukan Belanda, kurir, maupun dalam segi perbekalan makanan.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB