Begitu cepat meraih sukses....
Tahun 1990 ke Jakarta, tahun 1992 sudah jadi produser musik dan arranger Vonny Sumlang, Premix Band, Mus Mujiono. Tahun 1993 saya gabung band Sket, sebelum Bayou merilis album. Singel Sket Takkan Kembali digemari, dan kami banyak manggung di mana-mana. Hingga jadi band pembuka Mr Big di Kuala Lumpur Malaysia tahun 1994. Tahun 1995 album Bayou dirilis, juga meledak. Kami manggung di mana-mana. Karena saya pintar menabung dan gaya hidup tidak aneh-aneh, saya bisa menabung uang. Dibantu orangtua juga bisa beli rumah di Jombang Ciputat, seharga Rp 58 juta, akhir 1995.
Adakah beda signifikan sebagai pemain band dengan produser/arranger?
Sebagai artis di depan layar tentu saja menyenangkan karena bisa bertemu banyak orang. Dan banyak 'dunia mimpi' yang sebenarnya itu ujian. Di belakang layar tentu saja ini mimpi saya sejak muda, jadi produser musik hebat seperti David Foster.
Sudah mengangkat nama Yogya di kancah nasional dan internasional lewat musik. Apa respons Yogya terhadap seorang Andi Bayou?
Cukup baik. Beberapa kali saya diundang sebagai pembicara di ISI Yogya. Kemudian tampil di beberapa acara budaya. Dengan GKR Mangkubumi juga sempat berencana berkolaborasi bareng di bidang seni budaya. Saya sedang menyiapkan museum musik di rumah, tempat saya pertama membangun studio rekaman mini di Yogya tahun 1988. Ya, semua mengalir saja.
Setelah merantau lama kini kembali ke Yogya....
Setelah konser 25 tahun saya bermusik di Rolling Stone Cafe tahun 2015, saya merasa ada suatu panggilan untuk kembali ke keluarga di Yogya. Pada 2016 saya putuskan pulang ke Yogya dan mengabdi pada keluarga. Setahun kemudian saya menikah. Dari situ saya seperti dituntun mengenali jati diri.
Keinginan terpendam terkait musik?
Memberi manfaat bagi orang banyak dengan meninggalkan jejak langkah dan data sebanyak mungkin, tentang perjalanan dan pemikiran saya di musik melalui karya tulis, karya gambar. Agar bisa menjadi inspirasi generasi ke depan. Tentu saja konser 30 tahun kiprah saya, dan 25 tahun Bayou, jadi obsesi saya. (Latief Noor Rochmans)