Andi Bayou Siapkan Museum Musik Penginspirasi Generasi Muda

Photo Author
- Rabu, 11 November 2020 | 23:11 WIB
Andi Bayu.
Andi Bayu.

BANYAK musisi Yogya yang tidak saja terkenal di kancah nasional, juga menginspirasi dan berjasa pada musisi lain. Andi Bayou salah satunya. Musisi yang mukim di Nogotirto Sleman Yogyakarta ini dihormati di kancah musik nasional, pun dunia. Sheila on 7, Iwan Fals, Nicky Astria, Judika, Syahrini, Rio Febrian, pernah merasakan bantuan musisi, produser, dan arranger bernama lengkap Andi Haryo Setiawan SH MH ini.

Putra Prof Dr Bambang Irawan-Prof Dr Drg Pinandi Sri Pudyani ini pernah rekaman di The Cutting Studio New York. Di tempat itu, The Corrs, Linkin Park, Boyzone, juga pernah rekaman.

Tahun ini, musisi kelahiran 20 Agustus 1971 ini merayakan 30 tahun dirinya berkarya di musik. Ingin mengetahui eksistensi, perjuangan, dan obsesinya, KRJOGJA.com mengajak ngobrol Andi via WhatsApp. Berikut kutipannya.

Eksis dalam durasi lama, gimana rasanya?

Tentu saja sangat bersyukur kepada Sang Pencipta. Atas berkah dan rahmat-Nya, saya diberikan bakat alam luar biasa di musik hingga berkarya sampai sejauh ini. Sebetulnya jika dihitung dari karya pertama saat SMA tahun 1988, sekarang sudah 32 tahun. Namun saya hitung sejak hijrah ke Jakarta tahun 1990. Jadi sekarang sudah tahun ke-30 saya berkarya di musik.

Jadi musisi awet tidak gampang. Resep awet bermusik?

Total, konsisten, dan ikhlas menjalani. Yang saya rasakan semua bisa terwujud karena perjuangan dan adanya cinta luar biasa kepada apa yang dijalani. Itu yang menjadikan saya total dalam bermusik dan betul-betul dalam menjalaninya. Satu hal yang perlu dicatat, untuk meraih mimpi menjadi musisi, saya rela keluar dari zona nyaman di Yogya, dan memulai karier bermusik di Jakarta dari nol.

Lulus SMA berani mengadu nasib ke Jakarta....

Keyakinan yang kuat akan bakat musik yang saya punya membawa saya nekad berani mengadu nasib ke Jakarta sendirian, di usia 19 tahun. Di Jakarta saya mulai dari membangun relasi dari tempat saya belajar musik di Indra Lesmana Workshop. Dari situ saya kenal musisi-musisi ibukota, seperti Andy Ayunir, Anto Hoed, Kadek Rihadika, dan lainnya. Saya juga bekerja membuat minus one untuk lomba menyanyi di Radio Suara Kejayaan, dengan bayaran Rp 50 ribu satu lagu. Semua saya jalani dengan ikhlas tanpa mengeluh. Suatu hari dapat job membuat minus one dari produser andal James F Sundah, yang akhirnya membawa saya bisa menjadi produser musik untuk Vonny Sumlang dan Premix Band, tahun 1992. Dari situ terkoneksi dengan Mus Mujiono. Dua lagu saya Maafkan, dan Abadinya Cinta dipercaya menjadi single hits dan judul album The Best of Mus Mujiono. Dari situ terkoneksi Mas Iman Sastrosatomo, A&R Manager Aquarius Musikindo. Yang kemudian bersama Pak Jan Djuhana merilis album band besutan saya dan Binsar, yaitu Bayou, tahun 1995. Lagu Hanya Dirimu karya saya jadi single hits Bayou, meledak di pasar musik Indonesia. Ternyata keyakinan kuat saya untuk bisa berhasil di musik menjadi kenyataan dalam waktu cepat, atas rahmat Allah.

Awal di Jakarta tentu mengalami duka cita, pun terhadang hambatan....

Saya memulai dari nol, dari menumpang tidur di studio-studio rekaman agar bisa kenal para produser dan mendapat job mengisi sesi kibor untuk artis-artis yang sedang rekaman. Setelah album Bayou meledak, saya masih tinggal di studio sampai 1999. Walau tahun 1995 saya sudah berhasil membeli rumah di Jakarta yang akhirnya jadi studio tempat saya bekerja.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: ivan

Tags

Rekomendasi

Terkini

X