yogyakarta

Dwi Handono, dari Anggota Mapala UNY Menjadi Pengusaha

Sabtu, 3 Oktober 2020 | 20:05 WIB
Dwi Handono. (Foto : DaryantoWidagdo)

NAMA Dwi Handono (38) sangat flamboyan di komunitas pecinta alam dan petualangan di Indonesia. Pria kelahiran Saptosari Gunungkidul itu, kini dikenal sebagai pebisnis peralatan jelajah alam, peralatan SAR, instruktur out bond, hingga menjadi konseptor wahana wisata alam dan petualangan.

Lebih dari seratus wahana atau play ground di Indonesia, dirancang dan dikerjakan sarjana teknik mesin lulusan UNY ini. Beberapa diantaranya adalah wahana milik perusahaan tambang ternama di Indonesia.

Berkat kepiawaian merancang wahana wisata dan petualangan tersebut, pengusaha yang semasa kuliah hidup susah ini, pernah merasakan dijemput dengan jet pribadi ketika merancang dan menyiapkan konsep wahana milik sebuah perusaha antambang di Kalimantan Selatan.

"Dulu ketika kuliah, saya tak punya tempat kost. Hidup menumpang di secretariat Mapala. Kadang numpang tinggal di kost teman," kisahnya.

Tidak punya kamar kost, tak terkait hobi bertualang Dwi yang sejak SMA sudah suka mendaki gunung dan bergabung dengan SAR dan Saka Bhayangkara Gunungkidul. "Saya tidak punya kamar kost karena memang benar-benar kahanan. Kondisi ekonomi orang tua tak memungkinkan untuk bayar kamar pondokan," lanjutnya.

Kedua orang tuanya bekerja sebagai petani. Jangan bayangkan lahan pertanian di Saptosari sesubur sawah-sawah di Sleman, Bantul atau Kulonprogo. Seperti daerah lain di Gunungkidul, Saptosari merupakan kawasan kekurangan air. Jadi penghasilan orangtua Dwi Handono pun  pas-pasan, jika tidak bisa dibilang minus.

"Saya daftar kuliah modal nekat. Yang penting ikut UMPTN dan lolos seleksi. Setelah diterima, entah nanti seperti apa perjalanannya," katanya serius.

Pengumuman UMPTN 2001, menyatakan Dwi Handono diterima di jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik UNY. Untuk daftar ulang, menggunakan uang hasil donasi keluarga besar. Pokoknya asal bisa daftar ulang. Tentang biaya lain-lain, dipikir belakangan.

Daftar ulang bisa tepat waktu. Sebagai mahasisw abaru, wajib mengikuti kegiatan orientasi pengenalan kampus atau diistilahkan Ospek."Saya tidak punya tempat kos. Sehari menjelang Ospek, saya mencari ketua BEM yang saya tahu dia tinggal di sekretariat BEM. Saya minta izin agar bisa ikut tinggal di sekretariat," ungkapnya.

Permintaan tersebut dikabulkan dengan syarat, Dwi harus ikut membantu membuat dekorasi acara pembukaan Ospek. "Saya sanggupi. Saya membantu bikin dekor sampai pukul satu dinihari. Puku lempat pagi harus bangun dan siap-siap ikut Ospek di kampus," kenangnya.

Gagal Kuliah, Sukses Bisnis Petualangan

SELALU ada cara menyelesaikan masalah dan menggapai cita-cita.   Ini benang merah dari kisah pantang menyerah Dwi Handono, pebisnis peralatan adventure sekaligus perancang wahana wisata. “Saya punya bisnis ini, awalnya bisa dibilang tanpa keluar modal. Alhamdulillah, Tuhan memberi jalan," ungkapnya ketika ditemui di Planet Adventure, Sagan Yogyakarta.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB