“Flashmob itu saya baru ikut latihan satu kali menari (Beksa Wanara) terus langsung tampil, ternyata diminta di depan sendiri. Ya menari saja kok ternyata viral banget, jujur ga nyangka karena mikirnya paling di Jogja saja, ternyata nyebar banget gitu,†kisah Momo.
Setelah viral, Momo sendiri banjir tawaran untuk tampil di berbagai acara. Namun, ia bersama kedua orangtua memilih untuk selektif sebelum bersedia terutama melihat komitmen melestarikan filosofi Tari Jawa.
“Paling nanti tampil di acara Flashmob lagi masih rangkaian promosi Catur Sagatra dan lomba Reog di Mangunan. Setelah itu harus bicara dulu sama bapak dan ibu mana yang harus diambil karena nanti Juli sudah mulai sekolah juga SMP,†imbuh alumni SD Tumbuh.
Sementara sang ayah, Lantip menceritakan bahwa ia bersama istri enggan memaksakan Momo untuk mendorong diri terlalu kuat hingga mengorbankan masa kecil. “Momo sekarang jadwal latihan dan tampil cukup banyak karena ia juga ikut di Sendra Tari Ramayana. Tapi kami di rumah tak pernah mengharuskan ini dan itu, biarkan dia memilih apa yang ada bagi dia nantinya. Tapi memang kemauan dia menari sampai saat ini masih begitu besar,†lanjut Lantip.
Namun begitu Lantip bersyukur jika dua putranya menjadi salah satu suara bagi anak muda untuk melestarikan seni budaya Jawa di kalangan generasi milenial. “Sangat bahagia kalau bisa mewakili generasi milenial yang melestarikan budaya. Tapi itu nanti biarlah berjalan bersama waktu,†pungkas Lantip. (Fxh)