yogyakarta

Siapa Bilang Sistem Zonasi Banyak Yang Dirugikan, Ini buktinya

Senin, 24 Juni 2019 | 20:47 WIB
Dyah Roesusita unit anak dan pendidikan satu anak Yogyakarta. (Foto: Evi Nur)

YOGYA, KRJOGJA.com - Hingga kini tren dikalangan masyarakat yang melakukan protes tolak Penerimaan Peserta Didik Baru ( PPDB) 2019 masih ramai. Pendidikan satu anak Yogyakarta menyebut tidak sedikit masyarakat yang bahagia dengan sistem tersebut, misalnya bagi masyarakat dengan struktur sosial dibawah.

"Pertama sebenarnya kami sangat prihatin dikalangan masyarakat sekarang sedang ngetren rame-rame saling menolak sistem zonasi dan berbagai alasan. Isu itu sampai terdenga ditingkatan pemegang kebijakan seperti Gubernur dan Presiden banyak yang protes," kata Dyah Roesusita unit anak dan pendidikan satu anak Yogyakarta saat jumpa pers di kantor LBH Yogyakarta. Senin ( 24/06/19).

Secara langsung, pihaknya melihat di lapangan memang benar banyak masyarakat protes terkait sitem Zonasi PPDB. Namun juga tidak sedikit masyarakat yang bahagia.

"Insa allah data yang kami tahu banyak yang berbahagia sama sistem zonasi ini. Tapi itu yang tidak terekspos sejauh ini," ucapnya.

Misalnya ada seorang anaknya tidak beruntung, tidak memiliki ekonomi yang baik, juga tidak baik kehidupan sosialnya, tapi berada di satu jengkal sebelah sekolah SMA atau SMK favorit. Akhirnya dengan adanya sistem zonasi anak itu bisa bersekolah saat ini.

"Mungkin puluhan tahun tidak pernah terbayang masyarakat itu bisa sekolah disana. Yang tiap hari hanya bisa melihat. Jadi Insa allah setahu kami yang bahagia itu lebih banyak dari pada yang protes," jelasnya.

Menurut Dyah, masyarakat yang rame-rame protes itu mereka yang merasa prestasi anaknya pinter, orang tuanya kaya, dan mereka berhak mendapat fasilitas negara paling baik. Hal itu yang menjadi dasar pemikiran tren proten tolak zonasi.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB