YOGYA, KRJOGJA.com - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengungkapkan, dari hasil laporan sementara yang belum diverifikasi, setidaknya terdapat sekitar 590-an mahasiswa asal Sulawesi Tengah (Sulteng) di DIY yang diperkirakan terdampak bencana gempa bumi dan tsunami. Mereka ada yang kehilangan orangtua, saudara, tempat tinggal dan sebagainya, sehingga sudah tidak mendapatkan kiriman uang lagi dari keluarganya.Â
Seperti biasanya, apabila terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami maupun tanah bergerak di daerah-daerah lain, Pemda DIY maupun Perguruan Tinggi baik Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTS) akan membantu mahasiswa tersebut, sebagaimana pernah terjadi pada mahasiswa Aceh, Sumatera Barat, Lombok dan sebagainya.
"Kami akan memverifikasi terlebih dahulu data tersebut dengan kondisi riilnya seperti apa nanti. Jika memang dibutuhkan, kami sudah meminta didirikan dapur umum secepatnya yang dipusatkan di Posko Asrama Mahasiswa Sulteng di Kota Yogyakarta," ujar Sultan HB X di Kompleks Kepatihan Yogya, Senin (7/10/2018).
Sultan memastikan, pihaknya akan membantu mahasiswa asal Sulteng yang terdampak bencana alam tersebut untuk sementara melalui penyediaan dapur umum agar mereka bisa makan pagi, siang dan malam. Perwakilan PTN dan PTS di DIY juga telah mengirimkan tenaga-tenaga dari kampus untuk membantu.
"Kami sudah mengirimkan tim ke Sulteng, tetapi kami belum mendapatkan jawaban perlu tidaknya DIY mengirimkan bantuan secara administratif untuk kebijakan-kebijakan di sana. Mungkin karena masih ada keterbatasan transportasi, yang jelas kami siap untuk membantu Sulteng sesuai yang dibutuhkan," imbuh Raja Kraton Yogyakarta tersebut.Â
Hal senada diungkapkan Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) DIY Dr Bambang Supriyadi CES DEA. Menurut Bambang, penanganan mahasiswa Sulteng di DIY yang terdampak gempa bumi dan tsunami, rencananya akan dibagi dua kelompok. Satu kelompok untuk menyelesaikan yang berkaitan dengan keperluan sehari-hari, caranya dengan membuka posko untuk menerima bantuan dan menyalurkan bantuan termasuk makanan. Hal itu dilakukan karena banyak mahasiswa yang kehabisan bekal dan mengalami kesulitan ekonomi. Selain itu, mahasiswa di PTS juga melakukan pendataan terhadap teman-temannya yang terdampak gempa dan tsunami di Sulteng. "Adapun untuk penanganannya tergantung tingkat kesulitan yang dialami para korban. Tapi intinya semua tindakan itu dilakukan untuk mengupayakan agar mahasiswa Sulteng yang menjadi korban gempa dan tsunami tetap bisa kuliah dan menyelesaikan studinya," ungkap Bambang Supriyadi.
Dikatakan, jumlah mahasiswa yang terdampak gempa bumi dan tsunami di PTS satu dengan lainnya tidak sama (cukup beragam). Misalnya untuk UII dan Surya Global, jumlahnya cukup besar. Bahkan di Surya Global sebagian besar merupakan mahasiswa baru. Berarti penanganan mereka membutuhkan waktu cukup lama. Jadi penanganannya juga relatif tidak sama. Berdasarkan data sementara yang masuk di LLDikti, jumlah mahasiswa asal Sulteng di DIY yang terdampak gempa dan tsunami sekitar 590 mahasiswa. Jumlah tersebut diprediksi masih akan bertambah mengingat pendataan masih terus dilakukan. "Komunikasi dengan Pemda DIY akan terus kami lakukan agar layanan kepada mahasiswa bisa optimal," ujarnya.
Sementara itu pihak Universits Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta memberikan keringanan bagi mahasiswa asal Sulteng dan Lombok yang terdampak bencana, berupa pembebasan biaya kuliah atau Uang Kuliah Tunggal (UKT) untuk satu semester. "UKT semester depan kita bebaskan bagi mahasiswa terdampak, namun jika kondisi perekonomian keluarga mahasiswa tersebut sangat terpuruk, pembebasan UKT bisa diperpanjang," kata Rektor UGM Prof Ir Panut Mulyono MEng DEng dalam ramah tamah pimpinan universitas dan mahasiswa di University Club UGM.