“Yang sejatinya merupakan gambaran perjalanan luar biasa, yang menghubungkan jiwa dalam simpul keindahan, slendro pelog mengajarkan keselarasan hidup,” ucap Sri Sultan HB X.
Baca Juga: Sarasehan Kebhinekaan, Elemen Masyarakat Bantul Menolak Politik Identitas
Menurut Sri Sultan HB X Ladrang menceritakan kisah alam bawah sadar mengajak menggali makna dalam nada yang meliuk. Gamelan bukan sekadar alat musik, tetapi penjelajah jiwa yang membawa kepada meditasi.
Sementara, karawitan merujuk pada kelembutan perasaan yang terukir dalam seni gamelan, begitu pula kehidupan yang seharusnya mengilhami harmoni keberagaman.
“Memang tidak ditampik ada perbedaan, tetapi dengan rasa cinta dan kemanusiaan ada nyawiji,” tuturnya.
Baca Juga: UGM Bangun Lima Rumah Ibadah, Apa Alasannya?
Dalam setiap alunan gending tersembunyi makna yang tidak terucapkan mengajak untuk menafsirkan, gamelan adalah seni realitas yang menuntun manusia untuk hidup dalam nilai kebijaksanaan dan kesadaran.
Tidak hanya gaung gamelan sebagai sajian utama, YGF28 akan kian bermakna karena mengajak merayakan keberagaman, konser gamelan yang mempertemukan musik tradisional dengan pop culture dan Gamelan Dinner yang mempertemukan pemain dan pencinta gamelan menjadi portal pembelajaran hidup dan melestarikan budaya.
Seluruh kelompok karawitan akan memainkan dua gending, yakni Ladrang Prosesi karya Sapto Raharjo dan Ladrang Santi Mulya.
Baca Juga: BI Gelar Pekan QRIS DIY 2023, Dukung Akselerasi Pembayaran Digital
Notasi dari ladrang ini akan dikirimkan ke masing-masing kelompok karawitan satu bulan sebelumnya, serta disebarkan melalui berbagai media dengan tujuan agar dapat dipelajari atau dibaca oleh masyarakat luas.
Gaung Gamelan terbuka untuk umum dan akan menghadirkan karya tari serta pertunjukan musik.
Kemeriahan Gaung Gamelan semakin terasa dengan stan kuliter dan kerajinan di sekitar area pertunjukan. Stan ini menghadirkan aneka camilan, antara lain menu angkringan, kacang rebus, jagung rebus, wedang ronde, sate kere, dan sebagainya.
Wayang kulit lakon Pandu Jumeneng Ratu dengan dalang Ki Edi Soewondo menjadi penutup Gaung Gamelan. (Kn)