KRjogja.com, YOGYA - KRJogja.com Beberapa bulan terakhir kota Yogyakarta direpotkan dengan masalah sampah. Sejak TPA Piyungan ditutup sementara warga masyarakat kesulitan membuang sampah. Dalam waktu singkat tumpukan plastik pembungkus sampah terlihat di sudut-sudut jalan. Tentu saja hal ini menimbulkan permasalahan ditengah masyarakat baik dari sisi kesehatan maupun estetika.
Terkait dengan permasalahan sampah Universitas Janabadra (UJB) Yogyakarta mengadakan ujicoba mesin pembakar sampah portabel di kampus setempat, Rabu (06/09/2023). Ditemui KRJogja.com, Rektor UJB, Dr. Risdiyanto, ST., MT., memaparkan bahwa ujicoba tersebut adalah tindak lanjut Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan sebelumnya.
"Beberapa waktu yang lalu (10/8/2023) kita mengadakan diskusi berkenaan dengan penanganan masalah sampah di kota Yogyakarta dan sekitarnya," terang Risdiyanto. " Dalam diskusi itu kita mengundang beberapa pihak seperti Dinas Lingkungan Hidup, Bappeda, dan beberapa komunitas masyarakat," lanjutnya.
Menindaklanjuti FGD bertema "Mengurai Sampah Yogyakarta" tersebut diatas, UJB menggandeng Danang Wahyu Wibowo, ST., alumni Fakultas Teknik UJB, untuk melakukan ujicoba Mesin Pembakar Sampah Portabel di kampus setempat.
"Sebagai tindak-lanjut FGD kita bekerjasama dengan Pak Danang Wahyu Wibowo yang concern dengan permasalahan sampah untuk mengadakan ujicoba mesin pembakar sampah portabel," tutur Risdiyanto. "Salah satu cara untuk mengendalikan sampah, meski tidak direkomendasikan sebagai prioritas, adalah dengan proses pembakaran. Kita masih dalam tahap ujicoba. Harapan kami, kedepan proses pembakaran dengan mesin ini bisa mereduksi partikel sisa pembakaran dan asap," imbuhnya.
Mesin Pembakar Sampah Portabel yang diujicobakan masih dalam tahap awal pengembangan dan diharapkan ada penyempurnaan-penyempurnaan. "Setelah nanti ada penyempurnaan dan residu pembakaran serta asap bisa direduksi seminimal mungkin maka mesin ini sangat cocok untuk dipakai di RT atau RW karena bersifat portabel," ujar Risdiyanto.
"Mesin pembakar sampah portabel ini bis dipakai bergantian pada setiap RW, misalnya," tambah Risdianto. Terkait dengan mesin pembakar sampah portabel ini Risdiyanto merasa senang karena sejauh ini UJB sudah melakukan langkah konkrit melakukan ujicoba mesin pembakar sampah portabel.
Sementara itu, Dr. Eng. Mochamad Syamsiro, ST MT (dosen FT UJB) saat dimintai tanggapannya menyatakan bahwa dalam kaitannya dengan permasalahan sampah di saat ini kota Yogyakarta membutuhkan solusi kedaruratan. "Solusi kedaruratan dalam hal ini adalah berupaya bagaimana sampah yang dihasilkan bisa musnah," kata Mochamad Syamsiro.
"Sebenarnya ada beberapa teknologi yang dapat dilakukan dan yang paling efektif untuk memusnahkan sampah dengan menggunakan teknologi Thermal (suhu tinggi) yakni dengan cara dibakar," lanjut Mochamad Syamsiro.
Dengan metode thermal sampah bisa direduksi dari 100 persen sampah menjadi 10 persen abu.
"Tantangannya tinggal bagaimana meminimalisir polutan yang dihasilkan berupa asap DNA residu pembakaran," papar Mochamad Syamsiro. "Teknologinya untuk menangkap asap sebenarnya sudah ada tinggal bagaimana agar inovasi ini bisa diperbaiki sehingga secara bertahap bisa diminimalisir asap yang dihasilkan," simpul Mochamad Syamsiro.
Inovator Mesin Pembakar Sampah Portabel, Danang Wahyu Wibowo, ST., menjelaskan bahwa ide awal pembuatan mesin tersebut bermula dari keprihatinan terhadap kondisi darurat sampah di kota Yogyakarta. "Akibat penutupan TPA Piyungan maka dalam waktu singkat tumpukan sampah bertebaran di tepi-tepi jalan. Tentu saja hal ini mengundang berbagai permasalahan kesehatan dan estetika kota Yogyakarta," kata Danang Wahyu Wibowo.
"Mesin Pembakar Sampah Portabel ini diharapkan dapat melokalisir pembakaran sampah ditengah masyarakat. Sifatnya yang portabel menjadikan mesin ini dapat dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah," imbuhnya.
Mesin ini dilengkapi dengan kompor uap air dengan bahan bakar oli bekas sehingga menghasilkan panas yang cukup tinggi. "Dari pengukuran thermal yang dilakukan Fakultas Teknik UJB saat ujicoba menunjukan suhu 770 derajat Celcius. "Dengan suhu tersebut terlihat residu sampah yang dihasilkan sangat sedikit dan abu hasil pembakaran sampah dapat kami gunakan sebagai bahan campuran pembuatan batako atau konblok," jelas Danang Wahyu Wibowo.