Ilustrasi
Krjogja.com - YOGYA - Polusi udara di wilayah DIY meningkat, tercatat Sleman pernah berada di 10 besar pada daftar kota paling berpolusi di Indonesia, dengan indeks kualitas udara (AQI) mencapai 1541. Emisi gas buang kendaraan bermotor diduga menjadi salah satu penyumbang terbesar terjadinya polusi ditambah aktivitas membakar sampah sebagai imbas dari ditutupnya tempat pembuangan akhir (TPA) Piyungan.
Muncul dampak ikutan dari polusi udara beberapa minggu ini, dan hal ini mendapat perhatian dari dr Taufik Indrawan, salah satu dokter di Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM. dr Taufik mengajak masyarakat jangan terlalu khawatir, namun tetap melakukan antisipasi.
"Sesekali perlu pergi ke pedesaan atau tempat-tempat yang masih bagus udaranya. Kalau kita batuk, mungkin itu respon terhadap polusi yang merupakan benda asing bagi tubuh. Namun jika batuk tersebut berlanjut hingga lebih dari dua minggu maka disarankan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan," ungkapnya dalam siaran tertulis yang diterima, Kamis (5/10/2023).
Polusi perlu mendapat perhatian karena membawa dampak jangka pendek seperti batuk juga bisa menjadi kronis yang lebih berbahaya. dr Taufik menyebutkan paparan polusi secara terus menerus juga dapat menyebabkan kanker paru.
Baca Juga: 5 Warga Tewas Tenggak Oplosan, Polisi Kesulitan Alat Bukti
Insidensi kanker paru menurut dia meningkat salah satunya disebabkan oleh polusi udara. Dampak buruk polusi pun bermanifes pada sistem kardiovaskular (sistem peredaran darah, termasuk jantung).
"Hal terburuk yang dapat terjadi karenanya adalah kematian iskemik, kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung karena sumbatan pada pembuluh darah. Ada empat kelompok rentan, yaitu orang yang pernah atau memiliki gangguan pernapasan, anak-anak, lanjut usia dan ibu hamil. Ini harus mendapat perhatian," lanjutnya.
dr Taufik pun memberikan saran pada masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas luar ruang, terutama di wilayah dengan polusi udara. Adapun jika termasuk dalam kelompok rentan ia menyarankan untuk mengurangi aktivitas luar ruang.
"Jika terpaksa harus beraktivitas di wilayah dengan polusi udara yang membahayakan, maka lebih menggunakan masker yang lebih layak seperti masker N95," pungkasnya. (Fxh)