Dalam kegiatan ini menghadirkan dua pembicara yaitu Drs A. Sutarno atau KRT Widyowinoto seorang Pamulangan Krido Wandrowo dan Purwanto, seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta yang bertugas di Makam Kotagede
Dalam pemaparannya Purwanto menjelaskan mengenai Surjan dan filosofinya, surjan merupakan pakaian yang penuh filosofi, mengapa di Surjan terdapat 6 kancing dan di leher?
"6 dalam Islam menandakan rukun iman, ada yang di leher menandakan kepercayaan. Sedangkan kancing 5 di tangan menandakan 5 rukun Islam yang harus dikerjakan,” jelasnya.
Baca Juga: Rampok Tembak Karyawan Indomart
Sedangkan KRT Widyowinoto menjelaskan mengenai tata cara ageman busana adat Jawa khususnya di dalam Keraton Yogyakarta, dan memberikan pelatihan tentang tata cara memakai kain jarik dan mewiru kain yang benar.
“Banyak juga yang belum tahu bahwa Jarik Jogja dasarnya adalah putih, kalau kuning atau coklat untuk keraton Solo. Dan ada beberapa motif yang tidak boleh dipakai di dalam Keraton Yogya, salah satunya adalah parang gede,” jelas Widyowinoto.
KRT Widyowinoto juga menjelaskan tentang perbedaan busana yang dikenakan oleh Sultan dan keluarganya untuk setiap acara di lingkungan keraton. Dan diakhiri dengan pelatihan mengenakan jarik yang benar untuk pria dan wanita.
Baca Juga: Junior Chamber International Yogyakarta Raih Dua Penghargaan Bergengsi
Di akhir acara Ketua Trah HB II Hendro Marwoto mengungkapkan, acara ini merupakan salah satu kegiatan di Trah HB II sebagai upaya melestarikan untuk melestarikan budaya yang adiluhung itulah warisan nenek moyang kita.
"Setiap tahunnya kita mengadakan kegiatan minimal tiga kali, sebelumnya kita mengadakan Jamasan yang diikuti oleh ratusan orang dan ratusan keris, kemudian Ngadi Busono ini, karena kita prihatin banyak masyarakat yang belum bisa berpakaian adat Jawa yang benar," katanya.
Ke depan, Paguyuban Trah Hamengku Buwono II akan mengadakan pameran keris dan lain-lain. (KN)