yogyakarta

Janji Kemerdekaan Terwujud Jika Kekuasaan Bergerak dengan Kewajaran

Sabtu, 9 Desember 2023 | 19:58 WIB
Empat guru besar membahas buku 'Bergerak dengan Kewajaran' dari berbagai perapektif .


KRjogja.com - YOGYA - Banyak kalangan melihat kondisi Indonesia saat ini dengan wajah muram. Negeri ini telah dianugrahi dengan begitu banyak keistimewaan melebihi rata-rata negeri lain. Namun ternyata rakyatnya tidak atau kurang merasakan kebermanfaatan dari keistimewaan anugrah Tuhan itu.

Sudirman Said termasuk diantara elit negeri yang gundah akan hal ini. Rekam jejaknya adalah aktivis anti korupsi, diantaranya sebagai pendiri Masyarakat Transparansi Indonesia. Ia telah malang melintang dalam puncak dunia bisnis maupun pemerintahan. Dan ia melihat akar masalah utama negeri adalah ketidakwajaran prilaku terutama pada kekuasaan.

Buku antologi pemikirannya yang bertajuk Bergerak dengan Kewajaran dibedah empat guru besar pada Sabtu (9/12/2023) di Ballroom Yogyakarya Santika Hotel Premiere, Jalan Jenderal Sudirman Yogyakarta. Pengunjung memadati ruangan saat buku setebal 434 halaman dan merekam pandangan penulis pada kurun 2016-2022 ini dibahas dipimpin moderator Dr Dwi Harsono.

Baca Juga: Sisipkan Pesan Gus Iqdam, Lagu Dekengane Pusat Cocok Jelang Pilpres?

Pada sesi pembahasan, Prof Armaidy Armawi menyatakan bahwa kegelisahan penulis sama dengan kegelisahan rakyat banyak termasuk dirinya.

"Dulu kata Indonesia bagi penjajah menakutkan karena berarti kemerdekaan. Saat ini kata yang sama menjadi menakutkan karena kekuasaan lupa kepada janji kemerdekaan," kata Armaidy.

Prof Mifedwil Jandra menyampaikan saat ini seperti tidak ada lagi demokrasi karena tidak ada pemerintahan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Sementara Prof Nurfina Aznam berpendapat buku Sudirman Said sangat baik dibaca oleh calon pemimpin dan Prof Djoko Pekik Irianto melihat buku ini sangat baik karena berisi pesan moral untuk kemajuan bangsa.

Pada kesempatan sama Sudirman menyampaikan prihatin terhadap prilaku elit penguasa yang tuna malu seperti pamer kekayaan, terus menjalankan bisnis sambil mengurus negara dan memamerkan konflik kepentingan yang mencederai akal sehat.

Baca Juga: Ngaji di Gus Iqdam, DJ Rara Pesan Jangan Nakal-nakal, Inget yang di Rumah Masih Menunggu

"Yang terbaru memanfaatkan perangkat kekuasaan utk kontestasi sanak famili. Ini adalah prilaku tidak wajar karena mencampuradukkan masalah privat dan publik. Semua mengangkangi nalar dan naluri publik," demikian ucapnya

Saat kepada salah satu pengunjung ditanyakan simpulan bedah buku jika dihubungkan dengan pemilu 2024, Hary Sutrasno menyampaikan optimis negara akan membaik jika gerakan perubahan menang.

"Dalam buku Sudirman tertulis pesan Bung Hatta agar kaum intelektual tidak diam melihat negara dan masyarakat dalam kerusakan. Jika diam ia telah berkhianat kepada kemanusiaan," pungkas Hary. (*)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB