yogyakarta

Inflasi DIY Secara Bertahap Kembali Pada Sasaran Hingga Akhir 2023

Selasa, 19 Desember 2023 | 17:17 WIB

Krjogja.com - YOGYA - Laju inflasi DIY pada 2023 diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya dengan prasyarat kecukupan bahan pangan pokok strategis. Sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah baik pusat dan daerah, serta Bank Indonesia melalui implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan optimalisasi pemanfaatan anggaran pemerintah untuk pengendalian inflasi pangan, diharapkan dapat mengarahkan inflasi dalam sasaran inflasi 3+1%.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY IBrahim menyatakan berdasarkan rilis BPS, inflasi DIY pada November 2023 sebesar 0,35% (mtm), meningkat dari Oktober 2023 yang sebesar 0,25% (mtm). Secara kumulatif Januari hingga November 2023, inflasi DIY sebesar 2,80% (ytd), sementara pertumbuhan tahunan meningkat menjadi 3,48% (yoy) namun masih terjaga dalam rentang target sasaran inflasi nasional.

Baca Juga: MIAP Bakal Memperluas Sosialisasi Pentingnya Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual

“Faktor penahan inflasi antara lain sinergi kebijakan yang lebih kuat antara pemerintah pusat, daerah, dan Bank Indonesia melalui implementasi GNPIP. Kenaikan suku bunga acuan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi sehingga inflasi inti tetap terjaga,” ujarnya di Yogyakarta, Selasa (18/12/2023).

Ibrahim menambahkan faktor penahan inflasi berikutnya peningkatan produksi pangan strategis melalui optimalisasi Kerjasama Antar Daerah (KAD) dan perluasan pengembangan produk olahan hortikultura yang lebih tahan lama. Kemudian antisipasi risiko el-nino melalui penguatan early warning system, peningkatan penggunaan pupuk organik, penggunaan varietas unggul, pembuatan embung, pemanfaatan sumur, perbaikan pengaliran air, penggunaan irigasi kabut.

"Yang menjadi pemicu inflasi yaitu potensi kenaikan tarif listrik, LPG, dan BBM Non subsidi lebih lanjut. Kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) untuk rokok sebesar 10 persen pada 2023 dan 2024,” tandasnya.

Baca Juga: KPMB dan Ilmu Komunikasi UAD Galang Donasi untuk Palestina

Faktor pemicu selanjutnya, diungkapkan Ibrahim berupa potensi gangguan produksi hortikultura seiring dengan prakiraan berlangsungnya fenomena el-nino yang diperkirakan akan terjadi sampai 2024. Potensi inflasi yang berasal dari barang impor melalui transmisi depresiasi nilai tukar.

Dalam hal ini, BI DIY berupaya mengendalikan strategi melalui strategi penguatan produksi melalui peningkatan indeks pertanaman, peningkatan mekanisasi dengan pemanfaatan alsintan, dan revitalisasi teknologi untuk meningkatkan kapabilitas RMU skala kecil existing, maupun proses hilirisasi digital melalui dipanen.id.

“Optimalisasi infrastruktur irigasi dalam rangka memastikan pasokan air untuk mengantisipasi kekeringan. Penguatan sharing informasi antara kota/kabupaten se-DIY,” imbuh Ibrahim. (Ira)

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB