KRjogja.com - SLEMAN - Para mahasiswa dari beberapa kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar seruan Aksi Gejayan Memanggil pada hari Senin (12/2/2024) menjelang sore di titik kumpul Bundaran UGM. Kawasan pertigaan Kolombo, Jalan Affandi, Jalan Gejayan dipilih menjadi titik lokasi karena adanya sejarah pergerakan mahasiswa Yogyakarta.
Salah satu peserta dari aksi demo tersebut ialah Nugroho Prasetyo Aditama. Ia mengatakan bahwa aksinya bersama teman-teman mahasiswa lainnya ialah keprihatinan terhadap kondisi demokrasi saat ini.
"Kami melihat bahwa negara sudah tidak baik-baik saja. Seorang penguasa menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan kekuasaannya. Demokrasi penguasa ini yang kemudian perlu kita ingatkan. Kami ingin aksi ini berjalan dengan damai, berjalan dengan baik," tutur Nugroho.
Baca Juga: Gejayan Memanggil, Mahasiswa Penuhi Simpang Gejayan, Ini yang Mereka Tuntut
Nugroho menuturkan bahwa momentum seruan para guru besar sebelumnya juga menjadi sebuah keprihatinan bangsa.
"Karena Guru Besar sangat legitimate. Kami juga mendukung apa yang kemudian Guru Besar kami sampaikan. Sehingga pada akhirnya mahasiswa ingin mengikuti untuk menyalakan alarm demokrasi. Salah satu hal yang kami lakukan adalah mengikuti aksi ini. Dan sekali lagi ini bukan aksi yang ditujukan untuk ricuh tapi aksi yang kita bersama sama membunyikan alarm demokrasi," ucap Nugroho lagi.
Menurut Nugroho negara sedang tidak baik-baik saja, namun masyarakat tidak merasakan hal itu. Dengan ini masyarakat perlu kembali disadarkan.
"Sayangnya kemarin bahkan ada surat bahwa gang-gang perlu dijaga oleh masyarakat. Seolah mahasiswa ini menjadi musuh masyarakat. Padahal sebetulnya yang kami inginkan adalah sinergi bersama-sama dengan masyarakat. Kami bukan musuh masyarakat, kami bagian juga dari masyarakat. Akhirnya kami semua ini, masyarakat, dosen, aparat dan juga mahasiswa itu justru seolah diadu domba maupun disabung ayamkan. Kami tidak ingin seperti itu," ujar Nugroho.
Seruan aksi mahasiswa bergerak bersama mengingatkan bahwa proses demokrasi yang berjalan menjadi demokrasi untuk rakyat. Harapannya, pemilu kali ini bisa menjadi gerbang demokrasi yang lebih baik dan tepat.
Baca Juga: Forpi Kota Yogyakarta: Masa Tenang, APK Masih Terpasang
"Harapannya supaya pemerintah menyadari bahwa kekuasaan, demokrasi dan kedaulatan dikembalikan ke rakyat. Bukan menggunakan kekuasaan untuk kepentingan para penguasa," tandasnya.
Titik kumpul utama memang ada di bunderan UGM, tapi aksi saat juga dilaksanakan aksi di UII di Jalan Cik Di Tiro. Masa akan bergabung di bunderan UGM selanjutnya long march ke Jalan Gejayan.
"Selama long march ini, kami membawa alat alat-alat masak dan sebagainya untuk bunyi bunyian. Sebagai lambang bunyi alarm demokrasi. Jadi kita bukan hanya mahasiswa yang bergerak, tapi juga ini berbagai elemen multi elemen yang mengingatkan bangsa dan negara," ucap Nugroho.(*3)