yogyakarta

MES DIY Wujudkan Wisata Ramah Muslim Inklusif

Sabtu, 21 Desember 2024 | 21:15 WIB
Para pemateri dalam FGD Pariwisata Ramah Muslim di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center (Fira Nurfiani)


Krjogja.com - Sleman - Pariwisata ramah muslim merupakan sektor strategis yang telah dikembangkan berbagai negara, termasuk Indonesia karena memiliki potensi ekonomi yang besar dan prospek pengembangan yang tinggi. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, naiknya minat wisatawan global dan potensi ekonomi, Indonesia berpeluang besar menjadi destinasi utama wisata ramah muslim, tak terkecuali DIY.

Melihat peluang dan potensi tersebut, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) DIY berinsiatif mengumpulkan para pelaku wisata, stakeholder,, akademisi dan komunitas dalam Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center, Jumat siang (20/12). Diskusi tesebut guna membangun sinergi antar pelaku wisata dan masyakarat supaya bisa berjalan dan melangkah bersama dalam melahirkan strategi pengembangan wisata ramah muslim secara inklusif di DIY.

Ketua Umum MES DIY Edy Suandi Hamid menyampaikan pentingnya pariwisata sebagai sektor utama perekonomian. Kontribusi pariwisata dan pendidikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DIY mencapai lebih dari 25.persen. Kedepannya, semakin kaya dunia, pariwisata yang hanya tersier produk akan menjadi produk primer atau keharusan.

Baca Juga: Prediksi Pertandingan Brentford vs Nottingham Forest Liga Premier Inggris, 21 Desember 2024

" DIY memiliki potensi dan kekuatan dalam bidang pariwisata, termasuk wisata ramah muslim. Kit ingin DIY tidak ketinggalan mewujudkan pariwisata ramah muslim dengan by design dan kerjasama seluruh pemangku kepentingan. Bahkan negara non muslim sudah mengembangkan wisata ramah muslim seperti Jepang.dan Thailand," tuturnya.

Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) ini mengungkapkan penduduk muslim baik di Indonesia maupun dunia sangatlah besar dan butuh layanan khusus seperti wisata ramah muslim. Wisata ramah muslim ini memudahkan wisatawan mendapatkan fasilitas terkait yang bersifat Inklusif.

'Muncul kesamaan pandangan mewujudkan adanya wisata ramah muslim di DIY. Karena kita harus berpikir kedepannya jangan sampai DIY semakin merosot karena kita punya modal. Jadi sekali lagi ini sifatnya inklusif tidak eksklusif karena fasilitas yang ada bisa dipakai siapa pun," tandas Edy.

Baca Juga: Prediksi Pertandingan La Liga: Getafe vs Mallorca dan Celta Vigo vs Real Sociedad

Senada, Ketua Departemen Pariwisata Ekonomi Kreatif MES DIY Budiharto Setyawan menyoroti tantangan yang dihadapi sektor pariwisata DIY di tengah ketidakpastian ketegangan geopolitik global. Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2024 tetap kuat di angka 4,95 persen, dan DIY mencapai 5,05 perse. Pariwisata memainkan peranan vital sebagai tulang punggung pertumbuhan ekonomi di DIY.

" Pariwisata ramah muslim ini merupakan bagian dari upaya bersama dalam memberikan nilai tambah terhadap industri pariwisata DIY. Terlebih DIY sejarahnya merupakan kerajaan Mataram Islam sehingga banyak situs peninggalan bersejarah yang menarik wisatawan khususnya muslim," tambah Mantan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY tersebut.

Budiharto menekankan wisata ramah muslim ini akan menjadi bagian dari wisata berkualitas di DIY. Bukan berarti dikotak-kotakan tetapi wisata ramah muslim merupakan satu kesatuan. " Kita harus memberikan kepastian bagi wisatawan muslim khususnya wisatawan mancanegara. Kita ingin menyasar wisatawan asing muslim semisal dari Malaysia dan Timur Tengah," ujarnya.

Baca Juga: PT Sritex Sudah Rumahkan 3.000 Karyawan

Deputi Kepala Perwakilan BI DIY Hermanto mengaku pihaknya mendukung upaya pengembangan wisata ramah muslim tersebut di DIY. BI sendiri memilih program antara lain mengandeng GIPI DIY menggelar capacity building sekaligus pelatihan dan pendampingan sertifikat halal produk UMKM yang mendukung pariwisata pada November 2024.

" Kami juga memberikan pendampingan dan pelatihan langsung di beberapa desa wisata yang bisa menarik wisatawan. Termasuk memberi pelatihan dan pendampingan untuk mendukung pariwisata ramah muslim yang akan dilaksanakan terus menerus," katanya.

Sementara itu, Penyuluh Wisata Dinas Pariwisata DIY, Arif Sulfiantono menggarisbawahi pentingnya inovasi dalam pengelolaan destinasi wisata. “Arah kebijakan pariwisata DIY adalah menuju wisata berkualitas, berkelanjutan, inklusif, dan berbasis digital. Desa wisata di DIY pun terus mendapatkan pengakuan di tingkat nasional maupun internasional,” jelasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB