yogyakarta

Penghentian Impor Pangan Perlu Diimbangi Keakuratan Data

Senin, 30 Desember 2024 | 20:35 WIB
aktivitas ekspor impor di pelabuhan (liputan6.com)


Krjogja.com - Yogya - Pemerintah tidak akan melakukan impor beras, gula, garam hingga jagung pada tahun 2025. Hal itu dilakukan untuk mendukung swasembada atau ketahanan pangan nasional yang menjadi prioritas dari pemerintahan Presiden Prabowo. Dimana salah satu tujuan dari kebijakan itu untuk mengurangi ketergantungan pada pangan impor yang selama ini mencapai hingga 30 juta ton per tahun.

"Bagi saya adanya rencana penghentian import pangan pada tahun 2025 itu merupakan langkah luar biasa dan berita yang menyenangkan. Tentu kebijakan ini, berdasarkan data yang ada saat ini dan mungkin prediksi pemerintah. Maka yang perlu mendapat perhatian adalah 'keakuratan data' sebagai sumber kebijakan harus tepat," kata pengamat ekonomi sekaligus dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta, MM CDMP di Yogyakarta, Senin (30/12).

Widarta mengatakan, adanya rencana penghentian import pada tahun 2025 secara tidak langsung menjadi angin segar bagi para petani. Karena seandainya rencana tersebut benar-benar diterapkan tentu akan memberikan semangat pada petani. Karena petani sebagai produsen sudah berharap keuntungan dari panennya, tapi terkadang karena adanya impor kebijakan itu tidak bisa terwujud.Artinya tidak ada peningkatan kesejahteraan bagi petani.

Baca Juga: Sepanjang Tahun 2024 Terjadi 10.764 Kasus Kriminalitas

"Salah satu pekerjaan rumah pemerintah untuk memastikan keberlanjutan kebijakan penghentian impor beras adalah meningkatkan produktivitas petani. Strategi ini termasuk mendorong penggunaan benih dan pupuk yang tepat serta membantu petani menjaga kesuburan tanah," terangnya.

Lebih lanjut Widarta menambahkan, ada dua faktor utama yang bisa membuat Indonesia mengimpor pangan lagi yaitu fenomena iklim dan serangan hama. Pasalnya seandainya tiba-tiba terjadi cuaca buruk, banjir, hama tetap akan mengancam realitas kebijakan tersebut. Stok beras nasional di awal 2025 akan menyentuh sekitar 6 juta ton, di bawah perkiraan pemerintah sebesar 8 juta ton.

"Semua itu sudah terhitung bagus dan sudah memenuhi rasio stok terhadap penggunaan (stocks-to-use ratio) ideal sebesar 20 persen. Dan, karena El Nino dan dampaknya telah berlalu, bilang wajar produksi beras tahun depan melonjak,"tambahnya.(Ria)

 

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB