KRjogja.com - YOGYA - Dengan niat melestarikan nilai tradisi dan budaya dalam perawatan keris dan tosan aji lainnya, perkumpulan Pasederekan Trah Sri Sultan Hamengku Bowono II (HB II) kembali menyelenggarakan upacara Jamasan Pusaka. Kegiatan ini berlangsung Sabtu (19/7/2025), bertempat di Aula Kampus ATEKPI, Jalan Kedong Kuning 58 Yogyakarta.
Kegiatan yang dihadiri wakil pemerintah, berbagai komunitas seni budaya dan masyarakat umum itu terlihat berlangsung sukses dan penuh makna.
Sesuai tradisi, tahapan Jamasan dimulai dari pengambilan pusaka yang disimpan di tempat tertentu. Diikuti tahap arak-arakan yang disertai lantunan kidung pamuji.
Baca Juga: 25 Tahun TPA Al Irsyad, Bumikan Cinta Alquran Sejak Dini
Lantunan kidung pamuji dibawakan oleh Siswo Pangarso dan tim dari Lembaga kebudayaan Jawa Sekar Pangawikan Yogyakarta. Arakan yang dikawal prajurit bergada dan irigan kidung ini terasa membawa suasana sakral dan magis.
“Saya sedang mengadakan penelitian disertasi dengan topik tentang Kejawen. Saya ingin mengetahui kapan orang Jawa merasa hadirnya suatu kekuatan dari benda atau seseorang. Hari ini saya beruntung menyaksikan, bagaimana orang Jawa menghargai benda pusaka dan melestarikan budaya mereka. Keris mempunyai banyak keunikan karena bentuknya indah dan kadang dipercaya ada isinya,” ungkap Saki Maeta, mahasiswa Universitas Kobe, Jepang.
Berikutnya secara simbolis pusaka diterima oleh Wirawan Haryo Yudha staf ahli yang mewakili walikota Yogyakarta diteruskan ke tim penjamas yang terdiri dari Sarwono, Suyadi dan Dalidjan, yang merupakan penjamas senior.
Baca Juga: Sekar Jagad Dorong Inovasi Batik untuk Generasi Muda
Tim penjamas kemudian melaksanakan riual jamasan yang meliputi pemilahan keris sesuai kondisi, pelepasan dari warangka, proses mutih yaitu pembersihan karat dan kotoran, penggosokan bilah keris dengan bahan tertentu termasuk jeruk, pengeringan dan pemberian minyak serta warangan.
“Pemerintah kota Yogyakarta sungguh gembira dan besar hati menyaksikan Trah Pasederekan HB II masih nguri-uri kebudayaan Jawa yang mulia. Budaya kita punya bukti sejarah yang unggul dibandingkan bangsa manapun. Saat bangsa lain masih hidup di gua-gua kita sudah membangun Borobudur. Semoga Trah Pasederekan HB II ini dapat melahirkan generasi masa depan yang hebat dan tangguh,” jelas Wirawan Haryo Yudho, staf ahli yang hadir mewakili Walikota Yogyakarta.
Seperti lazimnya, ritual ini dilengkapi sesajian berupa beberapa tumpeng. Isinya adalah ingkung, sayur dan buah-buahan, jajanan pasar, nasi dan telor. Disempurnakan dengan adanya bunga, buah kelapa serta pembakaran dupa.
Baca Juga: Dinilai Inspiratif, 13 Tokoh Publik Terima Penghargaan Berlian
Nasi tumpeng yang menjulang melambangkan permohonan ridha Tuhan. Telor menjadi symbol pengingat, dari mana kita berasal. Adapun sayur dan buah-buahan melambangkan permohonan kepada Tuhan atas terwujudnya kesejahteraan bagi semua.
“Kegiatan ini menjadi bagian dari misi Trah Pasederkan HB II untuk melestarikan nilai-nilai dan budaya luhur warisan leluhur kami, Sultan HB II. Alhamdulilah banyak didukung oleh berbagai komunitas lembaga budaya di Yogyakarta” jelas Ketua Trah R. Hendro Marwoto.