yogyakarta

Dari Yogyakarta, Semangat Hari Kebudayaan Menggema: Kebudayaan Bukan Biaya, Melainkan Investasi

Minggu, 19 Oktober 2025 | 15:30 WIB
Pembukaan Dialog Hari Kebudayaan bertajuk 'Merajut Keberagaman Menguatkan Kebangsaan'. (Devid Permana)

Krjogja.com - YOGYA - Peringatan Hari Kebudayaan Nasional yang ditetapkan setiap 17 Oktober menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali jati diri bangsa melalui pelestarian nilai-nilai dan tradisi. Semangat itu mengemuka dalam Dialog Hari Kebudayaan bertajuk “Merajut Keberagaman Menguatkan Kebangsaan” yang diselenggarakan Tim 9 Garuda Plus di Mandira Baruga Ballroom, Hotel Tasneem Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (18/10/2025).

Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Dr Restu Gunawan MHum, mengingat kembali proses panjang lahirnya Hari Kebudayaan Nasional. “Saya masih ingat saat mendampingi Menteri Kebudayaan menerima naskah usulan dari Tim 9 Garuda Plus. Alhamdulillah, kini usulan itu terwujud dan semakin berkembang,” ujarnya. Ia menyebut, meski baru pertama kali diperingati, gerakan kebudayaan sudah tumbuh kuat dari bawah, terutama di Yogyakarta.

Dialog Hari Kebudayaan menghadirkan sejumlah pembicara, yaitu Ir Ahmad Syauqi Soeratno MM, Anggota DPD RI, yang membawakan materi berjudul 'Penguatan Ekosistem dan Pemajuan Kebudayaan Indonesia'. Selanjutnya, Prof Suminto A Sayuti, Guru Besar Ilmu Sastra Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sekaligus budayawan, memaparkan materi 'Jalan Budaya'.

Baca Juga: Mahfud MD soal Dugaan Mark Up Proyek Whoosh, KPK Tidak Paham

Kemudian, Aris Eko Nugroho SP MSi, Paniradya Pati Kaistimewan DIY, membahas tema 'Kebangsaan dan Kebhinnekaan dalam Keistimewaan DIY'. Hadir pula Achmad Charris Zubair, budayawan sekaligus anggota Tim 9 Garuda Plus, yang turut memberikan pandangan terkait peran kebudayaan dalam memperkuat jati diri bangsa.

Turut hadir dalam acara tersebut antara lain Basuki Teguh Yuwono SSn MSn (Staf Khusus Menteri Bidang Sejarah dan Pelindungan Warisan Budaya), Prof Dr Agus Mulyana MHum (Direktur Sejarah dan Permuseuman Kementerian Kebudayaan RI), dan Yayuk Sri Budi Rahayu SSos MPd (Direktur Pemberdayaan Nilai Budaya dan Fasilitasi Kekayaan Intelektual) serta Tim 9 Garuda Plus.

Restu menilai, inisiatif masyarakat menjadi kunci penguatan gerakan kebudayaan. Ia mencontohkan, dalam waktu kurang dari setahun, sudah ada tujuh hari budaya yang ditetapkan, seperti Hari Keris, Hari Kebudayaan, dan Hari Komedi. “Kalau inisiatif tumbuh dari bawah, insyaallah akan bergerak sendiri karena ada rasa memiliki,” katanya. Ia berharap semangat gotong royong terus tumbuh dalam memajukan kebudayaan.

Baca Juga: Pelajar PKL Asal Wonogiri Gantung Diri di Kamar Mandi

Ia juga mengajak masyarakat mengubah cara pandang terhadap kebudayaan. Menurutnya, banyak yang masih menyamakan kebudayaan dengan kesenian. “Padahal, menurut Undang-Undang, ada sepuluh objek pemajuan kebudayaan dan juga Undang-Undang Cagar Budaya. Artinya, kebudayaan itu jauh lebih luas daripada sekadar seni,” tegasnya.

Restu menekankan bahwa kebudayaan bukan biaya (cost), tetapi investasi. Ia mencontohkan kegiatan karnaval budaya, yang melibatkan ratusan orang dan mampu menggerakkan ekonomi lokal. “Kita sering lupa menghitung dampak ekonomi dari kegiatan budaya. Kalau pemerintah daerah mau berinvestasi di bidang kebudayaan, sebenarnya mereka sedang membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat,” tuturnya.

Ketua Panitia dari Tim 9 Garuda Plus, R Rahadi Saptata Abra SSi MBA, mengatakan bahwa pihaknya mendapat mandat dari Kementerian Kebudayaan untuk menyelenggarakan dialog tersebut. Menurutnya, penetapan 17 Oktober sebagai Hari Kebudayaan Nasional yang disetujui Menteri Kebudayaan menjadi langkah penting bagi gerakan budaya di Indonesia. “Terlepas dari pro dan kontra, dialog ini diharapkan dapat memberi pencerahan dan menjadi pegangan bersama dalam memajukan kebudayaan,” katanya. (Dev)

Tags

Terkini