yogyakarta

Filantropi yang Naik Kelas: Saat Tanoto Foundation Ikut Merancang ‘Standar’ Soft Skills di Kampus

Minggu, 23 November 2025 | 21:18 WIB
Ilustrasi. (Foto dibuat dengan teknologi AI)

KRjogja.com – Di tengah diskusi nasional soal jutaan penganggur terdidik, satu isu pelan-pelan mengemuka: kampus bukan hanya ditantang mencetak sarjana, tetapi lulusan yang matang secara soft skills. Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024 menunjukkan, meskipun tingkat pengangguran nasional secara umum relatif stabil, jumlah penganggur absolut mencapai 7,17 juta orang.

Dari jumlah itu, lulusan universitas memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi kedua, menandakan adanya ketidaksesuaian antara luaran pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja.

Di balik angka tersebut, pemerintah lewat Bappenas dan berbagai mitra menyoroti pentingnya keterampilan nonteknis, komunikasi, kerja tim, adaptasi, hingga kepemimpinan sebagai penentu daya saing SDM menuju Indonesia Emas 2045.

Berbagai kajian pembangunan yang disusun bersama lembaga filantropi menunjukkan soft skills sebagai prasyarat produktivitas dan mobilitas sosial, bukan lagi pelengkap kurikulum.

Dalam lanskap itulah Tanoto Foundation, organisasi filantropi pendidikan, memilih jalur yang tidak biasa: tidak berhenti sebagai penyedia beasiswa, tetapi mencoba ikut membentuk standar pengembangan soft skills di pendidikan tinggi.

Dari Kelas Beasiswa ke Meja Kebijakan

Selama ini, publik lebih banyak mengenal Tanoto Foundation melalui beragam program seperti fokus untuk pengembangan diri mahasiswa melalui beasiswa kepemimpinan TELADAN. Program ini menyasar mahasiswa S1 di 10 perguruan tinggi mitra dengan dukungan biaya studi dan biaya hidup.

Mahasiswa tidak hanya mengikuti kuliah, tetapi menjalani rangkaian pelatihan kepemimpinan, proyek sosial, pendampingan mentor, hingga forum tahunan Tanoto Scholars Gathering (TSG). TSG 2025, misalnya, mempertemukan 291 Tanoto Scholars dari berbagai universitas mitra di Kompleks Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Pangkalan Kerinci, Riau, untuk belajar bersama dan membangun jejaring.

Baca Juga: 'Teladan' dari Kota Pelajar: Tanoto Foundation Mengasah 'Soft Skills' Mahasiswa Jogja ditengah Fenomena Banyak Sarjana Menganggur

Namun, menurut Head of Leadership Development and Scholarship Tanoto Foundation, Yosea Kurnianto, arah lembaganya tidak berhenti pada pengembangan individu. Dalam wawancara virtual dengan Kedaulatan Rakyat (KR), ia menjelaskan bahwa Tanoto Foundation kini secara sadar bergerak ke level ekosistem.

“Sebagai lembaga filantropi, kami bukan hanya ingin mendampingi penerima beasiswa, tapi juga mendorong ekosistem pendidikan tinggi agar lebih serius memperhatikan pengembangan nontechnical skills,” ujarnya.

Dalam dua tahun terakhir, Tanoto Foundation terlibat dalam berbagai forum kebijakan dengan kementerian terkait. Yosea menyebut penguatan soft skills kini telah tercermin dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 20 tahun ke depan, sementara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mulai dibahas model pengembangannya secara lebih terstruktur.

Di tingkat kampus, Tanoto Foundation mendampingi universitas mitra untuk menyusun kurikulum kemahasiswaan yang sengaja memasukkan penguatan soft skills, mulai dari desain program kepemimpinan, proyek sosial, hingga mekanisme asesmen. Bersama Bappenas dan mitra dari Australia, lembaga ini juga terlibat dalam pemetaan kebutuhan soft skills tenaga kerja Indonesia di sektor-sektor strategis.

“Tahun ini bersama sepuluh kampus mitra kami membentuk task force agar pengembangan soft skill di perguruan tinggi didesain lebih terstruktur dan intensional. Kami juga sedang berproses, dengan dukungan kementerian terkait dan Bappenas, untuk menyusun semacam panduan nasional pengembangan soft skill di pendidikan tinggi,” tutur Yosea.

Halaman:

Tags

Terkini