KRjogja.com - YOGYA - Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini menjadi kebutuhan yang tidak bisa dihindari. Kendati demikian kebutuhan masyarakat akan keahlian berbahasa dan berbudaya Jawa. Khususnya dalam seni tata wicara, dinilai masih sangat tinggi meskipun di tengah arus globalisasi.
Karena pranatacara (pembawa acara adat) banyak digunakan untuk kegiatan kemasyarakatan yang tidak terlepas dari fase daur hidup, mulai dari kelahiran, pernikahan, hingga kematian.
"Di tengah arus globalisasi tidak bisa dipungkiri bahwa Pranatacara masih memiliki peran penting. Artinya apabila ada anggota masyarakat yang memiliki hajatan, pasti yang dicari salah satunya adalah pranatacara," kata Wakil Ketua Paguyuban Pranatacara DIY Faisal Noor Singgih,dalam acara workshop Pranatacara dan Pamedharsabda di Kuliner Kebons, Sabtu (13/12/2025).
Selain Faisal Noor Singgih kegiatan yang diadakan oleh Radio Konco Tani serta didukung Bank Mandiri dan Sofyan Setyo Darmawan dari Fraksi PKS DPRD DIY tersebut menghadirkan narasumber Murkija Sih Hapsara.
Baca Juga: Mengupas Perang Batin Lulusan SMA: Dari Overthinking Jurusan hingga Risiko 'Mahasiswa Setengah Hati'
Menurut Faisal keinginan atau kesadaran generasi muda untuk belajar budaya serta bahasa Jawa dalam beberapa waktu terakhir menunjukkan peningkatan cukup tinggi. Adanya fenomena itu secara tidak langsung mengubah anggapan bahwa Bahasa Jawa sulit dan kurang diminati oleh generasi muda. Pasalnya jika ditekuni secara serius dan dilakukan secara konsisten Bahasa Jawa yang didalamnya termasuk Pranatacara bisa mendatangkan banyak manfaat.
"Saya kira kunci utama dalam Pranatacara ini adalah keberanian. Karena untuk bisa belajar Pranatacara ini tidak bisa dilakukan secara instan sebaliknya membutuhkan proses cukup panjang," ungkap Faisal. (Ria)