yogyakarta

Ekskavasi Kerta Plered 2025 Ungkap Jejak Keraton Mataram

Kamis, 18 Desember 2025 | 13:45 WIB
Seminar Hasil Pelaksanaan Kegiatan Ekskavasi Tahun 2025 Kawasan Cagar Budaya Kerta Plered Disbud DIY (Fira Nurfiani)

Krjogja.com - YOGYA – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menggelar Seminar Hasil Pelaksanaan Kegiatan Ekskavasi Tahun 2025 Kawasan Cagar Budaya Kerta Plered di Yogyakarta, Rabu (17/12). Seminar ini menjadi ruang penting untuk memaparkan perkembangan terbaru penelitian arkeologi di kawasan bekas pusat kekuasaan Mataram Islam yang hingga kini masih menyimpan banyak misteri sejarah.

Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Dwi Agung Hernanto, menjelaskan ekskavasi merupakan metode utama dalam penggalian data arkeologi. Metode ini telah lama diterapkan untuk mengungkap jejak sejarah di Kawasan Kerta Plered, sekaligus memperkuat data terkait keberadaan situs-situs yang ada di kawasan tersebut.

Baca Juga: Dirut KAI Pimpin Apel Pasukan di Daop 6, Pastikan Kesiapan Personel Hadapi Liburan Natal Tahun Baru

Menurut Agung, hasil ekskavasi saat ini masih bersifat sementara dan belum sepenuhnya relevan untuk menarik kesimpulan besar. Namun demikian, data yang diperoleh mampu menambah informasi serta memperkuat narasi sejarah tentang kawasan Kerta Plered yang selama ini didasarkan pada sumber tertulis maupun tradisi tutur.

Salah satu temuan penting dari kegiatan ekskavasi adalah indikasi kuat keberadaan Keraton Sultan Agung. Meski demikian, Agung menuturkan bahwa pada masa pemerintahan Sultan Agung, pembangunan fisik di kawasan ini relatif terbatas karena sang raja lebih banyak memusatkan perhatian pada perjuangan melawan VOC Belanda.

Baca Juga: Derby London di Semifinal Piala Carabao, Siapa Bakal Angkat Trofi?

“Pembangunan fisik di masa Sultan Agung tidak masif karena beliau sibuk dalam peperangan. Itu sebabnya, struktur bangunan yang ditemukan dari periode ini relatif terbatas,” ungkap Agung.

Ekskavasi yang dilakukan di Situs Kedaton I justru menunjukkan perkembangan berbeda pada masa pemerintahan Amangkurat I. Dari temuan struktur beteng dan bangunan yang cakupannya cukup luas, terlihat bahwa pembangunan keraton pada masa Amangkurat I berlangsung lebih masif dibandingkan era Sultan Agung.

Agung menambahkan, data hasil ekskavasi ini akan disimpulkan dan dimanfaatkan untuk memperkaya narasi di sejumlah situs yang dikelola Dinas Kebudayaan DIY, seperti Situs Kerta serta Situs Kedaton I, II, III, IV, dan situs-situs lainnya di kawasan Kerta Plered.

Ia mengungkapkan, temuan ekskavasi didominasi oleh struktur bangunan atau pondasi yang berada di bawah permukaan tanah. Struktur bangunan bagian atas sebagian besar telah hancur atau hilang, bahkan ada yang dimanfaatkan masyarakat untuk kebutuhan pembangunan, sehingga data yang tersisa kini lebih banyak berada di dalam tanah.

“Untuk Situs Kerta, hampir seluruh bagian lahan telah dilakukan ekskavasi. Tinggal area di pojok barat daya yang belum digarap. Ke depan akan kami analisis kembali bersama tim ahli arkeologi,” imbuhnya.

Pembicara seminar, arkeolog UGM Fahmi Prihantoro, memaparkan hasil Ekskavasi Tahap II Tahun 2025 di Situs Kerta yang berlangsung selama 20 hari. Temuan utama berupa pondasi bangunan keraton dengan struktur batu bata yang memperkuat dugaan kawasan tersebut merupakan kompleks keraton.

Fahmi menjelaskan, keraton yang telah ditinggalkan selama ratusan tahun umumnya tidak lagi dimanfaatkan dan dibiarkan rusak oleh waktu serta faktor alam. Kondisi ini, menurutnya, serupa dengan peninggalan era Majapahit yang kini banyak ditemukan dalam kondisi terkubur.

Ia menyoroti tantangan ekskavasi yang dilakukan di kawasan permukiman. Idealnya, situs yang memiliki nilai penting perlu dibebaskan lahannya, namun hal tersebut membutuhkan biaya besar dan proses panjang. Dalam konteks ini, Situs Kerta yang diteliti telah dibebaskan oleh pemerintah.

Halaman:

Tags

Terkini

KRISNA, Ruang Apresiasi Kerja Kolektif Civitas Akademika

Minggu, 21 Desember 2025 | 21:15 WIB