Hal ini menyusul, kebijakan pemerintah untuk mengurangi obat-obatan pada ayam untuk meningkatkan kualitas ternak. Namun, hal ini berisiko terhadap daya tahan ayam untuk bertahan hidup sehingga jumlah ayam petelor sendiri mengalami pengurangan.
"Kementerian kita sepakat kurangi kadar obat-obatan agar ayam lebih sehat, terutama antibiotik tapi cukup berisiko. Risikonya tingkat produktifiktas ayam, daya tahannya hingga kematian," jelasnya dalam konferensi pers di Kemendag, Jakarta, Senin (16/7/2018).
Di sisi lain terdapat beberapa daerah di Indonesia yang memiliki cuaca ekstrem dingin seperti di Dieng, Jawa Tengah. Hal ini membuat stok ayam petelor semakin berkurang, sebab butuh suhu yang tepat untuk telur dapat menetas.
Tak hanya itu, libur Lebaran yang lebih panjang di tahun ini juga memicu ketersediaan ayam petelur. Pasalnya, pekerja yang libur membuat kegiatan memproduksi ayam petelur tak dapat dilakukan, maka pasca libur peternak hanya mengandalkan stok ayam petelur lama.
Sementara itu, tingkat permintaan ayam dan telur selama bulan Ramadan bahkan pasca Lebaran terus meningkat. Hal ini tak membuat kebutuhan masyarakat tak seimbang dengan ketersediaan komoditas tersebut. (*)