Jelang Rilis Data Inflasi AS, Mampukah Bitcoin Rebound?

- Selasa, 12 September 2023 | 17:45 WIB
Harga bitcoin bergerak di zona merah pada Minggu, 5 Februari 2023. Namun, ethereum menguat. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat. (Foto: Istimewa)
Harga bitcoin bergerak di zona merah pada Minggu, 5 Februari 2023. Namun, ethereum menguat. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat. (Foto: Istimewa)


Krjogja.com - Jakarta - Pasar aset kripto memulai minggu kedua bulan September dengan bertengger di zona merah, dipimpin oleh Bitcoin (BTC) yang sempat menembus dibawah support pada $25,000 untuk pertama kalinya sejak 15 Juni, dimana BTC sempat turun mencapai USD 24.904 pada Senin malam (11/9).

Pada Selasa (12/9) per pukul 09.00 WIB pagi ini, Bitcoin kembali diperdagangkan di harga USD 25.200 dimana melemah sekitar 2,09% dalam 24 jam terakhir. Sementara, kapitalisasi pasar Bitcoin turun menjadi USD 490 Miliar. Adapun total kapitalisasi pasar aset kripto anjlok dibawah angka USD 1 Triliun, dimana berada di kisaran USD 989 Miliar.

Baca Juga: Fraksi PKS Soroti Penindakan Yustisi Pembuang Sampah

Menurut Panji, “Dari pergerakan harga, jika Bitcoin gagal bertahan di atas USD 25.000, BTC berpotensi lanjut melemah ke area support selanjutnya yang berada di kisaran USD 23.500 hingga USD 24.000. Sedangkan area resistance terdekat berada di USD 26.800 dan selanjutnya di angka USD 28.300.”

Mayoritas altcoin juga mengalami penurunan, termasuk Ethereum (ETH) turun sebesar 3,59% dalam 24 jam terakhir dan saat ini bertengger di harga USD 1.555. ETH melemah meski telah mendapat sentimen positif sejak pekan lalu karena dua manajer investasi yaitu ARK Invest dan VanEck menggemparkan komunitas kripto dengan mengajukan berkas ETF Ethereum (ETH) spot pada Rabu (6/9).

Baca Juga: Video Jalur Pesona Indonesia Mengangkat Lima Destinasi Super Prioritas


“Selain secara historis bulan September Bitcoin yang cenderung melemah, salah satu penyebab aset kripto berada di zona merah didorong sikap pelaku pasar yang wait and see dimana Investor pekan ini menantikan rilis lebih banyak data inflasi AS pada minggu ini untuk mendapatkan petunjuk mengenai kebijakan suku bunga yang akan datang.” kata Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha.


Data Inflasi AS untuk periode Agustus 2023 dijadwalkan rilis pada Rabu (13/9) pukul 19.30 WIB. Melansir trading economic, pada periode sebelumnya, tingkat inflasi dari sudut pandang konsumen atau indeks harga konsumen (IHK) tahunan di AS meningkat menjadi 3,2% pada Juli 2023 dari 3% pada bulan Juni, namun masih dibawah perkiraan sebesar 3,3%. Saat ini, tingkat inflasi AS periode Agustus diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (yoy) dimana lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy.

Baca Juga: Wujudkan Bantul Bebas Sampah, Ciptakan Plang Ecobrick


Apabila inflasi tahunan naik sesuai perkiraan ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% yoy pada Juni lalu. Namun, kenaikan juga akan memperlebar jarak dengan target inflasi bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) di sekitar 2%.


Sehari setelahnya, pada Kamis (14/9) tingkat inflasi dari sudut pandang produsen atau indeks harga produsen (IHP) akan dirilis dengan perkiraan IHK tahunan bulan Agustus naik menjadi 1,20% yoy, lebih tinggi dari periode Juli di angka 9,80% yoy.

Menurut Panji, “Hasil data inflasi pekan ini tentunya akan berdampak ke pasar kripto. Jika hasilnya diatas ekspektasi maka akan berdampak negatif ke aset kripto dan apabila sesuai atau lebih rendah dari perkiraan pasar maka setidaknya mampu menjaga Bitcoin untuk tidak turun lebih rendah dari harga saat ini. Selain data inflasi, kebijakan terkait suku bunga AS masih akan menjadi faktor penggerak harga aset kripto kedepannya karena akan menentukan keputusan investor saat berinvestasi”.

Baca Juga: Mahasiswa UKSW Gelar Karnaval Orientasi Mahasiswa Baru


Adapun, pelaku pasar juga menantikan pertemuan kebijakan FOMC yang dijadwalkan September mendatang. Melansir dari, CME FedWatch Tool menunjukan peluang sebesar 93% bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,25%- 5,50% pada pertemuan 19-20 September.


“Pelemahan yang terjadi di pasar kripto saat ini memang diakibatkan berbagai faktor. Selain, data yang menunjukkan pasar aset kripto di September yang cenderung negatif dan didukung dari kekhawatiran investor terhadap inflasi dan suku bunga Amerika Serikat menyebabkan investor mengambil sikap risk-off sementara terhadap aset berisiko. Namun, momentum seperti ini bisa menjadi saat yang tepat bagi investor jangka panjang untuk membangun portofolio di aset kripto.” kata Panji.

Halaman:

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Gerobak'Ku Siganture Hadirkan Kuliner Asian Fusion

Minggu, 1 Oktober 2023 | 13:40 WIB

Festival Bogasari Tarik Perhatian 14 Ribu Pengunjung

Sabtu, 30 September 2023 | 20:33 WIB

Cara Jitu Memanfaatkan Aplikasi Kredit untuk Cicil Motor

Jumat, 29 September 2023 | 18:30 WIB

Adira Festival Yogyakarta Sambut HUT ke 33

Rabu, 27 September 2023 | 16:50 WIB

TikTok Shop Bantah Rugikan UMKM Lokal

Selasa, 26 September 2023 | 13:55 WIB

Jika Tak Patuhi Aturan, TikTok Terancam 'Ditendang'

Selasa, 26 September 2023 | 12:15 WIB
X