KRjogja.com - YOGYA - Kenaikan harga kedelai tidak hanya berdampak pada perajin dan pedagang saja, tetapi juga konsumen. Kondisi tersebut membutuhkan perhatian serius. Pasalnya sampai saat ini Persoalan kedelai impor belum bisa ditangani secara maksimal, karena ketergantungan Indonesia pada produk tersebut sangat tinggi.
"Kenaikan harga kedelai sampai saat ini masih menjadi persoalan klasik yang selalu terulang. Menyikapi hal itu saya kira campur tangan pemerintah menjadi sangat penting untuk merangsang petani 'mau' bertanam kedelai. Pemerintah juga perlu mengkampanyekan tentang kualitas kedelai lokal, kandungan gizi dan lainnya," kata dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta, MM CDMP di Yogyakarta, Senin (20/11/2023).
Widarta mengatakan, meski sempat mengalami kenaikan produksi pada 2018, namun tren produksi kedelai terus terkikis setiap tahunnya dan bahkan turun drastis 67 persen tahun 2021. Penurunan itu terjadi sejalan dengan tren area luas panen kedelai yang setiap tahunnya menyusut. Jumlah produksi kedelai yang menyusut akibat adanya persaingan ketat penggunaan lahan dengan komoditas strategis lain, seperti jagung dan cabai. Imbasnya ada penurunan luas panen kedelai sekitar 5 persen per tahun, lebih tinggi dibandingkan proyeksi produktivitas kedelai yang naik 2 persen per tahun. Apalagi produksi jagung dan cabai menurut petani lebih menguntungkan daripada bertanam kedelai.
"Mengubah tata niaga impor tidak akan memecahkan masalah (termasuk didalamnya dicurigai ada isu peran kartel di dalam penentuan harga). Tetapi problem utamanya adalah produktivitas tanam kedelai. Pemerintah perlu meniru cerita sukses swasembada kedelai 1992, dengan mendorong perluasan lahan tanam," terangnya.
Baca Juga: Film Djuanda Berteknologi Unreal Engine, Siswa SMK Muhammadiyah Prambanan Ikutan Akting
Menurutnya, peran dunia pendidikan khususnya perguruan tinggi di bidang pertanian maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) perlu dimaksimalkan. Terutama terkait penelitiannya untuk mencari jalan keluar, terobosan teknologi pertanian baik metodologi tanam, maupun bibit, irigasi dan lain sebagainya. Hal itu menjadi solusi utama yang perlu dikedepankan. Terlebih isu krisis pangan global semakin lama semakin kencang. Indonesia, sebagai negeri agraris, rasanya tidak pantas untuk terkena krisis itu. (Ria)