RI Produsen Minyak Sawit Terbesar, Tetapi Tak Bisa Menetapkan Harga Dunia

Photo Author
- Rabu, 28 Agustus 2024 | 08:44 WIB
ilustrasi kelapa sawit (freepick)
ilustrasi kelapa sawit (freepick)


Krjogja.com - Belitung Timur - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono mengatakan, walaupun Indonesian menjadi produsen minyak sawit terbesar di dunia, namun Indonesia tidak bisa menetapkan harga minyak sawit dunia.

Pasalnya Indonesia baru memiliki pangsa pasar minyak sawit 33 persen, sedangkan dan 67 persen lainya bersumber dari minyak nabati lainya termasuk minyak biji bunga matahari. Namun bisa pangsa pasar minyak sawit Indonesia sudah melebihi 50 persen, baru Indonesia biasa mengendalikan harga minyak sawit dunia.

“Kita produsen minyak sawit nomor 1 dan nomor 2 Malaysia. Pangsa pasar sawit di dunia nabati kita terbesar yakni 33 persen, yang lain seperti Malaysia, Amerika Latin, Afrika produsen minyak sawit di bawah kita. Kalau kita minyak sawit lebih dari 50 persen, mungkin kita bisa mempengaruhi harga internasional, karena apapun yang kita lakukan pasti berpengaruh,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono dalam Presstour Kementerian Keuangan dengan tema Kontribusi Sawit untuk APBN dan Perekonomian di Belitung, Selasa (27/8).

Baca Juga: Perkuat Jaringan di Korea Selatan, BRI Rayakan HUT ke-79 RI Bersama Diaspora

Menurutnya, minyak nabati dari bunga matahari yang produktivitasnya jauh di bawah sawit yang kira kira sampai 1 juta ton per hektar per tahun harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan harga minyak sawit. Padahal produktivitasnya bisa mencapai 4 juta ton per ha per tahun.“Begitu minyak bunga matahari lebih murah dan kedelai juga, walau banyak juga tergantung minyak sawit,” tegasnya.

Memang tambahnya, pada tahun 2022 harga minyak sawit sempat harga tinggi, karena ada perang Rusia dengan Ukraina. Waktu itu importir minyak nabati khawatir apabila biji bunga matahari tidak bisa keluar dari Rusia dan melonjaklah harga termasuk minyak sawit naik luar biasa.

Dikatakan, ekspor sawit pada tahun 2021 mencapai 34,9 miliar dolar AS, tahun 2022 mencapai 37,7 miliar dolar AS. Namun pada tahun 2023 turun menjadi 29,54 miliar dokar AS, ini dikarenakan harga minyak sawit dunia yang juga menurun. Sedangkan hingga Mei 2024 sudah mencapai 9,78 miliar dolar AS.

Baca Juga: Tim PPK Ormawa Himasta Unimus Gelar Workshop Pengolahan Jagung

Dikatakan, dalam kurun waktu 5 tahun produksi stagnan, ini dikarenakan adanya larangan impor. Kemudian tidak ada peremajaan atau replanting sehingga memperlambat produktivitas dan membuat produksi jadi stagnan.

Pada tahun 2020 produksi sekitar 51,5 juta ton, tahun 2021 51,3 juta ton tahun 2022 sebesar 51,2 juta ton, tahun 2023 sebesar 54,8 juta ton dan hingga Mei 2024 22,1 juta ton.

Sedangkan konsumsi dalam negeri mencapai tahun 2020 sebanyak 17,3 juta ton, tahun 2021 sebanyak 18,4 juta ton, tahun 2022 sebanyak 21,1 juta ton tahun 2023 sebanyak 23,2 juta ton dan pada tahun 2024 hingga Mei mencapai 9,5 juta ton.

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana sekaligus Plt. Direktur Kemitraan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kabul Wijayanto mengatakan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari pungutan ekspor sawit mencapai Rp 15,88 triliun hingga Juli 2024.

Baca Juga: Didukung 6 Parpol Non Parlemen, Halim : Semakin Mendekati Pada Kemenangan

Jumlah tersebut menyumbang sebesar 31,3 persen untuk PNBP Badan Layanan Umum (BLU) yang tercatat sebesar Rp 50,7 triliun dan 4,6 persen untuk PNBP secara keseluruhan yang sebesar Rp 338 triliun pada periode yang sama. Adapun volume ekspor sawit hingga Juli 2024 mencapai 19,43 juta metrik ton.

“Capaiannya (PNBP dari pungutan ekspor sawit) sampai dengan Juli 2024 adalah Rp 15,88 triliun. Artinya untuk secara capaian dari BLU ini menyumbang 31,3 persen, sementara untuk PNBP secara nasional 4,6 persen,” katanya..

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB
X