bisnis

Ekonom Indef: Daya Beli Masyarakat Belum Pulih di Kuartal III 2025

Jumat, 7 November 2025 | 19:35 WIB
Ilustrasi kegiatan jual beli masyarakat di pasar ((foto: laman web Biro Administrasi Pimpinan Pemerintah Provinsi Lampung))

 

KRjogja.com - Pertumbuhan ekonomi 5,04 secara tahunan (yoy) pada kuartal III 2025 dinilai ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) belum mencerminkan perbaikan nyata dalam daya beli masyarakat.

Riza Annisa, Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan, mencatat penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebagai sinyal belum pulihnya daya beli masyarakat. Data yang dipaparkannya menunjukkan IKK merosot dari 123,5 pada 2024 menjadi 115 pada September 2025.

Salah satu indikator yang tampak adalah penurunan porsi tabungan rumah tangga bersamaan dengan kenaikan pembayaran cicilan. Riza mengatakan daya beli belum terangkat meski pemerintah telah menggelontorkan stimulus "8+4+5".

Baca Juga: Diponegoro Hero, 200 Tahun Perang Jawa Dibuat Jadi Film AI, Diputar Gratis di Embung Giwangan

"Stimulus ekonomi yang diumumkan pada pertengahan atau akhir September belum bisa mendorong daya beli masyarakat," ujar Riza dalam Diskusi Publik Tanggapan Atas Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III/2025 yang digelar secara virtual pada Kamis (6/11).

"Stimulus 8+4+5 kalau kita lihat program-programnya bukan seperti bansos yang bisa langsung mendorong daya beli masyarakat," imbuhnya.

Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Ahmad Heri Firdaus turut menyoroti melemahnya konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2025. Ia menyebut pertumbuhan hanya 4,89 persen, turun tipis dari capaian dua tahun sebelumnya.

Baca Juga: Tingkatkan Produktivitas Ternak, Program Kosabangsa 2025 UNU Jogja-UGM Bantu Peternak Gunungkidul Kembangkan Rumput Pakan Unggulan

Pandangan Riza sejalan dengan data IKK yang tercatat di level 115 pada September 2025. Nilai tersebut merupakan posisi terendah sejak April 2022.

Senada dengan Riza, hal itu katanya tercermin dari IKK yang berada di level 115 pada September 2025. Angka itu katanya menjadi yang terendah sejak April 2022.

"Jadi ini tanda-tanda bahwa masyarakat mulai hati-hati terhadap prospek ekonomi ke depan. Ada tekanan harga pangan dan peningkatan biaya hidup, ini yang membuat masyarakat lebih berhati-hati dalam spending," terangnya.

Baca Juga: Tingkatkan Produktivitas Ternak, Program Kosabangsa 2025 UNU Jogja-UGM Bantu Peternak Gunungkidul Kembangkan Rumput Pakan Unggulan


Menurut Heri, sikap hati-hati masyarakat saat berbelanja turut menekan laju konsumsi nasional. Meski demikian, fenomena ini lebih mencerminkan sikap menunggu yang muncul di seluruh segmen masyarakat, bukan semata penurunan daya beli.

"Ini menunjukkan sikap kehati-hatian, tidak selalu mencerminkan penurunan konsumsi, daya beli. Yang mengalami penurunan (daya beli) nyata pada segmen menengah ke bawah," jelasnya.

Halaman:

Tags

Terkini

Bisakah Short Trade Crypto di Indonesia?

Kamis, 11 Desember 2025 | 08:23 WIB

DEN kaji Pajak Karbon Masih Dikaji

Selasa, 9 Desember 2025 | 12:15 WIB

Smailing Tour Bergabung Sebagai Anggota Virtuoso

Senin, 8 Desember 2025 | 19:47 WIB