Memperkuat peran komunitas, membebaskan keluarga dari jerat judi

Photo Author
- Jumat, 26 Juli 2024 | 08:30 WIB
Ilustrasi - Warga mengakses situs judi online melalui gawainya di Bogor, Jawa Barat. (FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU/am.)
Ilustrasi - Warga mengakses situs judi online melalui gawainya di Bogor, Jawa Barat. (FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU/am.)

 

Jakarta - Awal Juni lalu, lini masa heboh oleh kasus seorang perempuan polisi Briptu FN yang membakar suaminya sendiri, Briptu Rian Dwi Wicaksono (27), di asrama polisi Mojokerto. Kepolisian Daerah Provinsi Jawa Timur mengungkapkan motif pembunuhan tersebut lantaran almarhum suami FN sering menghabiskan uang belanja sehari-hari untuk bermain judi dalam jaringan (daring).

Kasus tersebut kemudian menjadi titik balik bagi Pemerintah. Pada pertengahan Juni, Presiden Joko Widodo membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pemberantasan Judi Daring yang dikomandoi oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Hadi Tjahjanto.

Peran satgas tersebut fokus pada tiga operasi. Pertama, yakni pembekuan rekening, kedua, penindakan jual-beli rekening, dan ketiga, penindakan terhadap transaksi pada permainan judi daring melalui isi ulang saldo di minimarket.


Sistem sosial

Dari sisi kebudayaan, antropolog yang juga Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI) Prof Dr Semiarto Aji Purwanto menyampaikan bahwa judi merupakan sebuah sistem sosial yang sudah lekat dengan budaya masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu kala.

Dari sisi kebudayaan, aktivitas berjudi sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Semiarto menjelaskan ada dua definisi berbeda terkait judi di dalam ilmu antropologi. Pertama, gambling atau judi, kedua, betting atau taruhan.

Taruhan itu, misalnya, dalam pertandingan bola, antara satu kawan dengan yang lainnya saja, kalau judi lebih terorganisasi dan biasanya sudah sangat terstruktur.

Sebagai sebuah sistem sosial, judi tidak bisa dihapus sepenuhnya dari budaya masyarakat Indonesia. Semiarto pun menyebutkan salah satu penelitian dari seorang antropolog Amerika Serikat, Clifford Geertz, yang telah banyak meneliti sistem sosial di Jawa dan Bali, termasuk salah satunya tentang sabung ayam. Adapun di Jawa, masyarakat lebih akrab dengan istilah totohan atau taruhan.

Ada dua hal yang digarisbawahi Semiarto dalam aktivitas berjudi yang telah melekat dengan budaya masyarakat, yakni solidaritas dan harapan. Kedua hal tersebut membuat judi sulit diberantas dari sistem tatanan sosial.

“Menghilangkan judi, sabung ayam, misalnya, sama dengan menghilangkan gagasan-gagasan yang ada di komunitas itu. Gagasan dalam sabung ayam itu ada harapan, di sana yang bermain tidak hanya pejudinya, tetapi yang menonton juga ikut bertaruh, mereka meletakkan kepercayaan pada satu sama lain,” paparnya.

Sabung ayam dalam penelitian Clifford Geertz juga menunjukkan aspek yang kompleks dari kedekatan kebudayaan. Sama halnya dengan tradisi totohan di Jawa, yang mengedepankan solidaritas, di mana kedekatan dapat menentukan apakah seseorang layak menerima modal lebih besar berdasarkan tingkat kepercayaan sesama rekan penjudi.

Dalam penelitian Clifford Geertz terkait dengan hierarki sosial, perjudian itu story they tell themselves about themselves, atau cerita yang mereka ceritakan tentang diri mereka sendiri. Jadi, menurut dia, yang bertaruh bukan hanya yang punya jago, yang menonton juga bertaruh. Maka, judi itu salah satu cerita yang menggambarkan kehidupan mereka.

Judi yang sudah melekat dalam tatanan sosial tersebut membuat keberadaannya tidak bisa dihapus begitu saja karena sudah masuk ke dalam tatanan nilai, struktur sosial, dan tatanan kehidupan sehari-hari.

Apalagi ketika sudah menjadi industri, perputaran uang di dalam judi menjadi semakin besar, bahkan melibatkan pihak-pihak yang sangat kuat dan berpengaruh di lingkungan sekitar.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB
X