derap-nusantara

Kembuhung, kearifan lokal kurangi limbah makanan

Jumat, 22 November 2024 | 08:00 WIB
Ilustrasi - Lestarikan Tradisi Ngobeng. Nasi minyak khas Palembang dan lauk pauknya yang dihidangkan pada tradisi Ngobeng saat gelaran Kuto Besak Keraton Culinary Festival di Halaman belakang Museum S ( ANTARA/Antarasumsel.com/Feny Selly/Ag.)

 

Kembuhung tentu saja aman dikonsumsi manusia, sama seperti produk makanan fermentasi lainnya, seperti yoghurt dan keju, semuanya diawetkan dengan menggunakan mikroorganisme yang baik bagi tubuh, yaitu mikroorganisme yang tidak menghasilkan racun dan tidak menginfeksi tubuh. Dengan kemampuan tersebut, mereka dapat dimanfaatkan sebagai pengawet makanan alami pengganti pengawet makanan berbahaya seperti formalin.


Manfaat bagi kesehatan

Sebagai probiotik, Bakteri Asam Laktat tidak hanya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet makanan alami (food preservatives). Bakteri Asam Laktat yang tumbuh subur di dalam kembuhung juga menghasilkan berbagai macam senyawa antibakteri atau antimikroba seperti bakteriosin. Bakteriosin merupakan senyawa yang dapat menghambat bahkan menghalangi pertumbuhan bakteri patogen, sehingga sangat baik dalam mempertahankan kekebalan tubuh dari serangan berbagai macam sumber penyakit.

Apalagi pada saat ini, berbagai macam kasus resistensi antibiotik telah banyak dilaporkan dan sangat meresahkan dunia kesehatan. Sehingga, bakteriosin dapat dimanfaatkan sebagai sumber antibiotik alami yang lebih aman bagi tubuh.

 

Bakteriosin juga telah banyak dilaporkan dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam tubuh, dapat pula menurunkan produksi enzim Angiotensin Converting Enzyme sehingga dapat menurunkan tekanan darah.

Bahkan, seperti yang dilaporkan oleh Joseph dkk pada tahun 2013, bakteriosin dapat digunakan dalam melawan bakteri-bakteri patogen pada luka penderita diabetes.


Manfaat bagi ketahanan pangan

Sebagai makanan yang biasanya dibuat dari sisa-sisa nasi dan ikan ataupun daging yang tidak habis dikonsumsi, kembuhung sangat bermanfaat dalam mengurangi laju akumulasi limbah makanan di lingkungan.

Berdasar kajian badan pangan dunia World Food Program, tingginya akumulasi limbah makanan berkorelasi dengan tingkat kelaparan yang terjadi di dunia. Bahkan, jika dikonversi, total kehilangan makanan akibat pembuangan makanan secara global mencapai 1 triliun dolar AS, atau lebih dari Rp15.000 triliun.

Gerakan zero food waste diharapkan mampu menurunkan laju pembuangan makanan tersebut. United Nations juga menyebutkan bahwa pengurangan limbah makanan dapat menurunkan tingkat kelaparan di dunia.

Kembuhung bukan hanya suatu warisan produk pangan dari leluhur, tetapi juga merupakan sumber kekayaan ilmu. Jika dikaji secara sains, pembuatan kembuhung yang telah dilakukan oleh nenek moyang tersebut merupakan suatu bentuk aplikasi dari bioteknologi pangan. Meskipun pada zaman dahulu mereka belum mengenal Bakteri Asam Laktat maupun mengenal tentang bioteknologi, mereka telah mampu menciptakan teknik pengolahan bahan makanan dengan menerapkan prinsip-prinsip bioteknologi sederhana.

Namun demikian, makanan fermentasi satu ini sudah cukup sulit ditemukan. Bahkan, sangat sulit menemukan rumah makan di Sumatera Selatan, khususnya Kota Pagar Alam, yang menyediakan olahan kembuhung. Kembuhung hanya dibuat oleh individu tertentu yang biasanya masyarakat pedesaan dan tergolong sudah berumur.

Lalu bagaimana dengan generasi muda? Sebagian besar tidak mengenal makanan tradisional ini. Jika pun mereka mengenal makanan tersebut, sebagian besar tidak menyukainya dan lebih menyukai makanan fermentasi dari negara lain, seperti kimchi. Bukan tidak mungkin, dengan derasnya arus globalisasi yang terjadi, makanan khas warisan nenek moyang ini akan hilang.

Halaman:

Tags

Terkini

BLTS menyentuh 28 juta penerima

Jumat, 12 Desember 2025 | 08:45 WIB

Internet Rakyat solusi akses jaringan murah

Jumat, 5 Desember 2025 | 11:29 WIB

Mencetak guru agama profesional dengan PPG

Jumat, 21 November 2025 | 08:15 WIB

Pupuk Subsidi Makin terjangkau

Jumat, 7 November 2025 | 08:30 WIB

Mewujudkan MBG aman dan menyehatkan

Jumat, 24 Oktober 2025 | 09:10 WIB

Menyiapkan Merauke sebagai lumbung pangan

Jumat, 10 Oktober 2025 | 15:41 WIB

Gerak cepat pemerataan MBG di Papua

Jumat, 26 September 2025 | 08:20 WIB