“Tantangan identitas budaya menemukan realitas pahit yaitu hoaks, ujaran kebencian, dan intoleransi yang menyerang keberagaman kita, yaitu Bhineka Tunggal Ika,†jawab Nisa.
Maka, diperlukan upaya bersama untuk menjaga dan memperkuat implementasi nilai-nilai Pancasila
dalam praktik keseharian yang betul-betul mengakar di tengah masyarakat.
Senada, Nisa mengamini tantangan generasi stoberi terhadap upaya aktualisasi dan internalisasi Pancasila dalam dunia digital. “Kita tidak boleh lupa bahwa Indonesia Emas 2045 akan dibangun oleh generasi yang sekarang ini berkutat dengan gawai dan internet. Sementara itu, cap sebagai generasi unik namun rapuh juga dibarengi dengan identitas budaya yang tengah dihajar problem digital,†ujar Nisa.
Yayasan Omah Kreasi Centre yang digawanginya, menawarkan berbagai aktivitas di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Yayasan yang baru seumur jagung ini diharapkan dapat membantu generasi muda dan masyarakat umum, khususnya di Yogyakarta, agar bersama-sama pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat.
“Saya ingin memulai dari Daerah Istimewa Yogyakarta karena di sinilah saya menemukan dan menjawab panggilan untuk membangun bangsa, tentu sesuai kemampuan dan kebutuhan kita,†kata Nisa.
Perempuan berdarah Sunda ini melihat masa depan generasi muda Indonesia dapat dioptimalkan. “Saya tergerak untuk menyertai dan mendampingi karena saya melihat potensi generasi muda saat ini, setidaknya agar mimpi Indonesia Emas 2045 menjadi mimpi yang indah bagi kita bersama,†jelasnya. (Dhi)