Remaja Jangan Merasa Kebal Virus, Tunda Hamil Selama Pandemi

Photo Author
- Jumat, 20 November 2020 | 22:50 WIB

PADA fase awal pandemi Covid-19 BKKBN gencar mengkampanyekan kepada pasangan usia subur (PUS) untuk menunda kehamilan. Kampanye itu pun masih dilakukan hingga saat ini semata demi kepentingan kesehatan. Hal tersebut juga bukan bentuk larangan pembatasan kebutuhan biologis melainkan untuk meningkatkan kepesertaan KB.

"Saat ini tercatat ada 35 juta peserta KB aktif. Jika ada yang putus kepesertaannya, maka 15 persennya terjadi kehamilan. Jika ada 2 juta PUS yang putus kepesertaannya, bisa dihitung seberapa tinggi angka kehamilan. Padahal ibu hamil memiliki kerentanan," ungkap Kepala BKKBN Dr dr Hasto Wardoyo SpOP (K) ketika menyampaikan materi FGD KR di 101 Hotel secara virtual, Jumat (20/11/2020).

Menurut Hasto, ibu dengan kehamilan usia muda daya tahan tubuhnya menurun sehingga lebih mudah tertular virus. Selain itu banyak ibu hamil yang mengalami gejala biologis seperti kerap muntah maupun pendarahan serta harus rutin melakukan kontrol kehamilan. Padahal selama pandemi jumlah bidan di rumah sakit cukup terbatas. Sehingga hal ini pun ditujukan untuk menekan angka kematian ibu hamil dan bayi yang dilahirkan.

"Tetapi jika sudah terlanjur hamil maka perbanyak istirahat. Ketika merasa mual, minum jahe buatan sendiri. Kemudian jadwal kontrol juga diatur seperti ketika dua bulan, kemudian empat bulan, enam bulan serta kalau sudah masuk satu bulan sebelum perkiraan lahir maka kontrol tiap minggu. Saat hamil tua, posisi tidur memiring ke kiri karena itu lebih sehat," urai Hasto.

Selain itu, dirinya juga mengingatkan penerapan protokol kesehatan dalam keluarga. Menurutnya, berdasarkan survey yang dilakukan oleh BPS kelonggaran protokol kerap dilakukan oleh kaum remaja. Mereka merasa lebih kebal terhadap virus sehingga aktivitasnya pun seperti tidak terbatas. Padahal semakin tinggi aktivitas di luar rumah maka bisa menjadi perantara virus dan bisa menularkan ketika di dalam rumah. Oleh karena itu, masyarakat tanpa batas usia harus bisa memahami jika pengendalian virus bergantung dari individu.

Hasto pun memaparkan tiga tingkatan dalam melawan Covid-19 yakni tingkat hulu, tengah, dan hilir. Pada tingkat hulu terletak pada perilaku sehari-hari masyarakat dalam keluarga dan lingkungan. Tingkat tengah lebih pada upaya melakukan diagnosis dan vaksinasi. Sedangkan tingkat hilir ialah penanganan kasus dengan gejala agar tidak sampai meninggaldunia.

Pada tiap tingkatan tersebut memiliki persoalannya sendiri. Seperi tingkat tengah ada keterbatasan kemampuan anggaran karena uji swab membutuhkan dana tidak sedikit. Begitu pula vaksinasi yang prosesnya panjang serta mutasi virus yang cukup cepat. Begitu pula tingkat hilir persoalannya terletak pada fasilitas rumah sakit. "Makanya yang paling memungkinkan untuk kita kejar ialah melalui hulu. Bagaimana dengan segala kearifan lokal kita bersama-sama melawan corona. Tentunya tingkat tengah dan hilir juga terus diupayakan dan berharap semoga virus ini segera hilang," urainya.(Dhi/Aha/Ria)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB
X