KRJogja.com—Kebiasaan mengonsumsi kopi atau teh mungkin menjadi salah satu kebiasaan di beberapa masyarakat.
Misalnya, masyarakat sekitaran Slawi, Tegal, mengenal tradisi menyeduh teh dan bunga melati dalam poci.
Di Yogyakarta, para bangsawan lingkungan keraton memiliki tradisi ‘patehan’ berupa aktivitas minum teh bersama sajian penganan atau kudapan.
Hal itu menunjukkan jika konsumsi teh atau kopi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Lantas, kemudian muncul pertanyaan, kapan anak-anak sebaiknya boleh lekas mengonsumsi dua jenis minuman tersebut?
Sebagian orang tua mungkin ada yang memberikan minuman teh kepada anaknya di usia tiga atau empat tahun.
Selepas tak lagi menyusu kepada ibunya, anak dirasa telah cukup umur untuk mengonsumsi ragam minuman atau makanan.
Baca Juga: LazisQu Luncurkan Program Makan Gratis untuk Mahasiswa Terdampak Bencana Sumatera
Fase ini disebut sebagai ‘weaning’, yakni upaya orang tua untuk mengakrabkan bayinya dengan makanan atau minuman non-asi.
Namun, tepatkah tindakan orang tua seperti itu? Amankah bagi anak jika lekas terpapar kopi atau teh sejak belia?
Dokter Deborah Lee dari sebuah layanan farmasi daring menyebut jika pemberian teh atau kopi kepada anak-anak tidaklah disarankan.
Baca Juga: Mahasiswa Ilmu Komunikasi AMIKOM Bekali Siswa SMKN 2 Depok dengan Pelatihan Event Organizer
“Secara umum, tindakan memberi anak makanan atau minuman yang mengandung kafein kepada bayi, balita, ataupun anak-anak bukanlah hal yang baik,” tutur dokter Deborah.
Warta laman Huffington Post Inggris mengatakan jika Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Humber dan Yorkshire tidak menyarankan konsumsi teh untuk anak-anak.
