Krjogja.com - YOGYA - Suasana semangat dan kebersamaan mewarnai Panen Raya Labu Susu (Cucurbita moschata ‘Butternut’) Citra Laga yang digelar di Kelurahan Bener, Kemantren Tegalrejo, Kota Yogyakarta, Jumat (12/12/2025). Kegiatan ini menjadi momentum penting kolaborasi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam upaya pencegahan anemia dan stunting melalui pemanfaatan pangan lokal bergizi.
Panen raya yang dilaksanakan di demplot percontohan budidaya labu susu ini dihadiri oleh berbagai unsur pemangku kepentingan, mulai dari Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (Unjaya), Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, perwakilan Bappeda Kota Yogyakarta, pimpinan Puskesmas Tegalrejo, Mantri Pamong Praja Kemantren Tegalrejo, hingga jajaran pemerintah kelurahan, ketua RT/RW, anggota kelompok tani, dan masyarakat Kelurahan Bener.
Baca Juga: Bantuan Hiswana Migas DIY untuk Bencana di Sumatera Terus Mengalir
Ketua Tim Peneliti, Nurpuji Mumpuni, S.Si., M.Kes., dalam laporannya menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari penelitian yang didanai oleh Dana Padanan Matching Fund Kedai Reka Kememndiktisaintek 2025, yang berangkat dari persoalan nyata di lapangan, yaitu masih tingginya angka anemia dan stunting di Indonesia.
“Stunting tidak hanya berdampak pada tinggi badan anak, tetapi juga berpengaruh pada kecerdasan, produktivitas, dan masa depan bangsa. Penyebabnya kompleks, mulai dari anemia pada ibu hamil, kekurangan gizi kronis, hingga faktor sanitasi dan ekonomi,” jelasnya.
Menurut Nurpuji, Labu Susu Citra Laga dipilih karena di samping memiliki kandungan gizi yang mendukung pencegahan anemia stunting. Labu susu merupakan karbohidrat yang sangat baik dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah, sehingga aman baik kenaikan berat badan dan kadar gula darah Ibu Hamil. Labu Susu juga kaya akan mikronutrien yang esensial dalam pencegahan anemia dan stunting seperti beta-karoten, zat besi, dan zinc.
Baca Juga: Mendikdasmen: Tamansiswa Jangan Hanya Bahas Masalah Internal
Di samping itu kelebihan labu susu adalah mudah dibudidayakan dan hasil panen daat disimpan jangka lama. Namun demikian, labu susu sampai saat ini ini dikenal sebagai komoditas bernilai tinggi yang masih sulit dijangkau masyarakat luas, disamping hatga yang masih mahal juga belum dijumpai di pasar-pasar tradisional.
Rektor UNJAYA, Prof. Dr. rer.nat.apt. Triana Hertiani, S.Si., M.Si., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas keterlibatan aktif masyarakat dan pemerintah daerah dalam penelitian ini. Ia menilai program ini sebagai contoh konkret peran perguruan tinggi dalam menjawab permasalahan sosial melalui riset terapan. “Kolaborasi seperti ini perlu terus dikembangkan. Tidak hanya menghasilkan panen, tetapi juga pengetahuan, keterampilan, dan peluang pengembangan produk bernilai tambah,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, H. Sukidi, S.E., M.Si., menegaskan pentingnya inovasi pertanian perkotaan di tengah keterbatasan lahan. Ia menyebutkan bahwa luas lahan pertanian di Kota Yogyakarta saat ini hanya sekitar 25 hektare, sehingga pendekatan seperti greenhouse dan pemanfaatan lahan sempit menjadi sangat relevan.
Baca Juga: Bajaj RE Perkuat Daya Saing UMKM Yogyakarta lewat Moda Transportasi Fleksibel
Puncak kegiatan ditandai dengan panen simbolis labu susu di dalam greenhouse, di mana para tamu undangan diajak memetik langsung buah labu susu yang telah siap panen dengan berat rata-rata 1,5–2 kilogram per buah. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada para pemangku kebijakan untuk melihat secara langsung kondisi tanaman, teknik budidaya, serta potensi pengembangan labu susu di wilayah perkotaan.
Panen raya ini tidak hanya menjadi simbol keberhasilan budidaya, tetapi juga wujud nyata sinergi lintas sektor dalam membangun ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat. (Dev)