DEPUTI Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud angkat suara atas tingginya tingkat stunting di Indonesia. Menurut dia, rendahnya tingkat konsumsi buah oleh masyarakat mengakibatkan anak berisiko tinggi terkena stunting.
"Stunting terjadi akibat kurangnya kebutuhan vitamin atau mineral. Dimana sebagian mineral itu diperoleh dari buah dan sayur. Sedangkan di kita tingkat konsumsi buah masih rendah," ujar dia melalui Webinar Gerakan Konsumsi Buah Nusantara di Jakarta, Senin (10/8/2020).
Lanjutnya, berdasarkan anjuran WHO atau Bdan kesehatan dunia angka konsumsi buha untuk hidup sehat ialah sejumlah 150 gram buah. Angka tersebut setara dengan tiga buah pisang Ambon berukuran sedang atau satu potong pepaya ukuran sedang maupun tiga buah jeruk berukuran sedang.
Sementara berdarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2019, tercatat rata-rata konsumsi per kapita untuk hariannya hanya sebesar 67 garam.
"Artinya angka ini dibawah tingkat kecukupan WHO yang menganjurkan konsumsi buah minimum 150 gram per kapita dalam setiap harinya," jelas dia.
Padahal, sambung Musdhalifah, anak-anak dalam fase pertumbuhan harus terpenuhi kecukupan gizinya. Sehingga bisa terhindar dari risiko stunting yang mengancam tumbuh kembang anak.
Beruntung, kesadaran untuk mengkonsumsi buah mulai meningkat pada tataran masyarakat. Salah satunya dipicu oleh pandemi Covid-19 yang terjadi hampir diseluruh wilayah Indonesia.
"pandemi ini menyadarkan publik untuk penting ya arti kesehatan. Masyarakat kerap melakukan berbagai cara agar terhindar dari serangan coronavirus. Seperti berolahraga, meningkatkan konsumsi buah dan sayur lebih sehat, hingga membeli produk kesehatan," tukasnya.(*)