Pandemi Covid-19, Bibit Anggrek Diburu Masyarakat

Photo Author
- Selasa, 30 Juni 2020 | 07:10 WIB

SLEMAN, KRJOGJA.com - Bisnis tanaman hias khususnya anggrek tetap potensial di masa pandemi Covid-19 saat ini. Kebanyakan masyarakat membeli tanaman anggrek dalam bentuk seedling (bibit). Selain bisa untuk aktivitas selama kebijakan di rumah saja, nantinya saat normal baru anggrek yang telah berbunga bisa dijual kembali.

Pengawas Mutu Hasil Pertanian Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman Eko Sugianto mengatakan, pangsa pasar anggrek di Sleman cukup bagus. Selama ini bibit anggrek sendiri masih mendatangkan dari luar kota seperti Malang dan Karawang. Mengingat potensi pasar di Sleman bagus, pembudidaya anggrek di Sleman juga cukup banyak dan tersebar sejumlah kecamatan.

"Untuk mengatasi kejenuhan di rumah saja bisa diisi dengan merawat tanaman hias khususnya anggrek. Kalau semua sudah tertata kan bisa menghasilkan lagi. Apalagi anggrek juga tidak butuh lahan luas, hanya butuh ketelitian saja," terang Eko, Senin (29/6/2020).

Meski pangsa pasar di Sleman cukup bagus, namun masih sedikit penggemar anggrek yang menangkarkan sendiri. Hal ini juga disebabkan faktor tanaman anggrek yang butuh iklim dan suhu tertentu dalam pertumbuhannya. "Untuk jenis anggrek bulan cocok saat fase remaja dan berbunga. Sedangkan untuk anggrek jenis dendro harus berada di cuaca yang cenderung hangat. Kalau di Sleman belum mengarah ke bikin bibitnya, masih sedikit yang menangkarkan sendiri," imbuh Eko.

Untuk mengangkat potensi anggrek di Sleman, baru-baru ini juga diresmikan kampung anggrek di Ngipiksari Hargobinangun Pakem. Di kampung ini, ditargetkan ada 70 KK yang membudidayakan anggrek Vanda Tricolor yang merupakan anggrek khas Lereng Merapi. Dusun Ngipiksari menjadi rintisan kampung anggrek sebagai penangkar, edukasi dan wisata. Sejauh ini baru 75 persen yang sudah membudidayakan anggrek Vanda Tricolor baik untuk hiasan di rumah juga bisa dijual.

"Harapannya di Sleman ada wisata baru yang mengangkat tanaman anggrek. Tapi dikelola masyarakat sendiri dan tidak butuh investor atau pengusaha besar. Tapi masyarakat semua punya anggrek, kedepan bisa dijadikan obyek wisata tanpa membutuhkan investasi besar," ungkap Eko.

Eko menambahkan, jika semua warga Ngipiksari memiliki anggrek di rumahnya bisa menjadi daya tarik untuk wisata baru. Sebelum dirintis kampung anggrek, warga Ngipiksari sudah banyak yang punya anggrek Tricolor. Tapi tanaman tersebut tidak dirawat bahkan warga tidak tahu jika anggrek tersebut merupakan ciri khas Merapi.

"Saat ini kami masih merintis, masih tahap pembinaan ke masyarakat. Penataan lingkungan jalan dan sepanjang gang ditanam anggrek tanah. Saat normal baru, harapannya sudah selesai penataannya sehingga bisa menjadi obyek wisata baru," pungkas Eko.(Aha)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB
X