BEKERJA dari rumah selama pandemi Covid-19 membuat beban kerja perempuan bertambah. Selain masih harus melaksanaan pekerjaan publik, juga beban pekerjaan rumah tangga selama pandemi semakin meningkat dan kadang harus menemani anak yang belajar dari rumah. Kondisi ini juga mempengaruhi dalam hubungan suami isteri dalam rumah tangga.
Survei daring Komnas Perempuan mengungkap sekitar 10,3 persen responden yang melaporkan hubungannya dengan pasangan semakin tegang. Mereka mayoritas berusia 31-40 tahun dengan penghasilan di bawah Rp 5 juta.
Anggota Komnas Perempuan Alimatul Qibtiyah PhD menyampaikan hal tersebut dalam video conference dengan media, Rabu (4/6/2020) sore. Alimatul menyampaikan hasil survey daring 'Kajian Dinamika Perubahan di Dalam Rumah Tangga Selama Covid-19 di 34 Provinsi di Indonesia' dengan jumlah 2.285 responden. Narasumber lain dalam pertemuan itu adalah Andy Yentriyani, Maria Ulfah Anshor dan Retty Ratnawati.
"Ironisnya, dalam masa seperti ini, 80 persen responden dari kelompok berpenghasilan kurang dari Rp 5 juta ini mengakui bila kekerasan pada perempuan cenderung meningkat," ujar Alimatul.
Hal ini mengindikasikan pengaruh tekanan ekonomi pada potensi kekerasan di dalam rumah tangga. Padahal, ujar Anggota Komnas Perempuan ini, bertambahnya beban pekerjaan rumah tangga sudah membuat 1 dari 3 perempuan mengalami stres.
Realita ini disebutnya mengindikasikan adanya hubungan antara kelas sosial ekonomi tertentu dengan tingkat keharmonisan rumah tangga selama Covid-19, di mana mayoritas korbannya lebih banyak perempuan. Untuk kekerasan psikologis, 15,3 persen, atau 289 perempuan, menjawab kadang-kadang mengalami, dan 3,5 persen, (66 orang) perempuan, menjawab sering mengalami. Yang cukup ironis, menurut Alimatul, ternyata tingkat pendidikan tidak memberi pengaruh keberanian pada korban untuk melaporkan kasusnya. Karena 70 persen perempuan korban ini berpendidikan sarjana.
Ekonomi rumah tangga juga terdampak cukup parah dalam masa pandemi ini. Sebanyak 72 persen melaporkan bahwa pengeluaran semakin bertambah di masa pandemi. Beban pengeluaran ini juga bertambah dengan adanya biaya tambahan untuk kuota internet selama belajar dan kerja dari rumah, juga sarana teknologi lainnya seperti laptop atau mobile phone yang memadai untuk kebutuhan kerja dan belajar online. Apalagi harga kebutuhan pangan juga mengalami kenaikan di pasaran, yang mendorong pengeluaran menjadi meningkat dari biasanya.
"Dalam kondisi ini hanya 1 persen yang melaporkan penghasilan bertambah," tandas Alimatul. (Fsy)