gaya-hidup

Budidaya Burung Anggungan, Jika Sarang Basah Telur Tak Menetas

Senin, 6 Juni 2022 | 12:07 WIB
Puter termasuk jenis burung anggungan yang populer di masyarakat. (dok)

SLEMAN, KRJOGJA.com - Penggemar jenis burung anggungan seperti derkuku, puter pelung dan pekutut dapat ditemukan di berbagai tempat. Sebagian dari mereka juga menangkarkan atau membudidayakan anggungan. Sama halnya ketika membudidayakan jenis burung berkicau atau ocehan, budidaya anggungan pun sering ada kendalanya.

Beberapa kendala yang sering dihadapi, misalnya terserang penyakit, anakan dimakan tikus dan tak berhasil dalam tahap penjodohan. Saat musim penghujan dan dibarengi angin, jika atap kandang hanya seadanya dapat ketampu atau terkena air hujan. Hal ini menjadikan sarang basah dan telur yang dieram tak menetas. Ditambah lagi, indukan anggungan merasa tak tenang saat ada hujan dan angin, sehingga malah naik-turun dari sarang.

Pembudidaya anggungan asal Moyudan Sleman, Musman termasuk yang biasa mengalami kendala tersebut. Ia membuat kandang penangkaran di pekarangan rumahnya dengan atap hanya menutup bagian atas kandang. Sebagian air hujan apalagi pas lebat dan ada angin masih dapat masuk ke kandang. Indukan yang sedang mengeram dapat terkena air hujan, termasuk juga sarang yang digunakan untuk mengerami telur.

“Kemarin saya ke tempat teman yang juga menangkarkan anggungan, dia juga cerita banyak telur yang nggak menetas karena ketampu air hujan. Lain halnya kalau pas musim kemarau, tingkat menetasnya telur lebih tinggi. Indukan dapat tenang mengeram dan tidak kena air hujan,” jelas Musman, belum lama ini.

Adapun jenis anggungan yang ditangkarkan, yakni derkuku, puter pelung dan perkutut. Sejak musim penghujan ini ia tak mempunyai stok anakan anggungan. Pasalnya, telur banyak yang tak menetas dan ketika ada anakan selepas sapih sering dibeli penggemar maupun pedagang burung. Umur sapih atau sudah bisa makan sendiri, yakni kisaran satu bulan. Dalam perawatan anak anggungan, ia masih menerapkan cara alami, sehingga tak dititipkan pada puter lokal maupun diloloh manusia.

Pembudidaya anggungan lain Agung Erviantoro yang juga asal Moyudan mengungkapkan, ia menempatkan kandang penangkaran di tempat khusus dengan atap lebih luas. Peluang sarang terkena air hujan sangat kecil, sehingga daya tetasnya biasa-biasa saja. Kendala seperti kandang diserang tikus sudah dicegah seperti ada yang menggunakan kandang dari besi-besi kecil. Ada juga kandang kosong yang sengaja diberi racun tikus.

“Pernah beberapa kali tikus merusak dan masuk kandang penangkaran. Tapi itu dulu, akhir-akhir ini sudah tidak lagi,” jelas Agung.

Agar anggungan mempunyai daya tahan terhadap penyakit atau kesehatannya terjaga, ia berusaha memberi pakan-pakan berkualitas. Pakan yang rutin diberikan jenis beras merah dan milet putih. Jika pas meloloh atau punya anakan dapat ditambah jagung giling dan voer buatan pabrik. Tak kalah penting berusaha bisa menjaga kebersihan kompleks kandang, yakni setiap hari dibersihkan.

Sebagian burung yang sudah disendirikan dan berada di sangkar rutin dijemur terutama pada pagi hari. Ketika pagi hari cuacanya tak baik, penjemuran dapat dilakukan juga pada siang maupun sore hari ketika masih ada sinar matahari.

“Adanya latihan bersama maupun lomba rutin jenis burung anggungan akan semakin menyemarakan jenis-jenis burung ini. Beberapa penggemar puter pelung bahkan sudah rutin mengadakan lomba di Kotagede pada malam hari,” imbuh Agung. (*)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB