gaya-hidup

STB Mengusung Gerakan Bike to Support

Kamis, 13 Agustus 2020 | 16:50 WIB

USIA komunitas ini masih sangat muda. Belum genap satu tahun. Namun kiprahnya di dunia persepedaan DIY sudah cukup diperhitungkan. Positif, tanpa pamrih dan mengedepankan gotong royong. Mereka bersepeda tidak sekadar kumpul-kumpul, atau mencari hiburan semata, tetapi selalu ada unsur berbagi dalam setiap aktivitasnya.

Saturday Bike Community (STB) nama komunitas ini. Mereka lintas generasi dengan beragam latar belakang, tetapi satu hoby. Gowes. Sesuai dengan namanya, awalnya mereka bersepeda hanya pada hari Sabtu pagi. Saat sebagian besar anggotanya libur kerja atau libur kuliah.

Namun belakangan intensitasnya bertambah, seiring dengan banyaknya anggota yang bergabung. Jika semula Saturday Bike Community ini hanya berjumlah 10 orang, saat ini bisa lebih dari 60 anggota setiap kali gowes. Kegiatan yang mereka lakukan juga mulai bertambah di hari yang lain.

"Sebagaimana komunitas yang lain, awalnya kami cuma iseng-iseng. Ambil hari yang longgar, dengan rute yang berbeda-beda. Kadang cuma mutar Jogja, sesekali gowes di pinggiran kota dan yang sering ke tempat-tempat wisata, " tutur Andi Rahardian, penanggung jawab STB, saat berbincang dengan MP Selasa (11/8/2020).

Malam itu mereka sebenarnya tengah menuju sebuah tempat dalam rangka melakukan gerakan yang disebutnya Bike to Support. Bersepeda sekaligus membantu teman-temannya yang buka warung dan belakangan sangat sepi akibat pandemi Covid-19. Namun mereka mau meluangkan waktu untuk berbincang-bincang.

"Tiap Selasa malam kami berkunjung ke warung teman-teman yang akhir-akhir ini sepi akibat wabah Korona. Kami ramai-ramai datang untuk jajan dan memberikan support kepada mereka supaya usahanya tidak bangkrut, " ujar Andi.

Komunitas yang selalu mengenakan pakaian hitam ini juga berusaha untuk tertib berlalu-lintas. "Kami mencoba untuk memberikan edukasi kepada masyarakat supaya mereka tertib dan aman di jalan. Sebab saat ini ada stigma bahwa pesepeda itu banyak yang ugal-ugalan dan sering melakukan pelanggaran lalu-lintas, " katanya.

Sebagaimana diketahui, ketika masa adaptasi kebiasaan baru diterapkan, jumlah pesepeda semakin menjamur. Tidak hanya di akhir pekan mereka gowes, tetapi hampir setiap hari. Pagi hingga malam banyak ditemui di jalanan. Yang menjadi keprihatinan, tidak sedikit diantara mereka mengabaikan keselamatan.

Andi tidak menampik adanya tudingan miring kepada para pesepeda. "Memang banyak yang masih awam. Jadi cara bersepeda dan perilaku mereka di jalan kadang membahayakan dirinya dan orang lain. Tetapi lama kelamaan mereka akan semakin patuh dan tertib, " pungkasnya. (Ogi)

Tags

Terkini

Akademisi Desak Pemerintah Tegas Atur Kental Manis

Senin, 15 Desember 2025 | 20:38 WIB

Siap-siap, Chef Devina Punya Format Konten Terbaru

Kamis, 11 Desember 2025 | 13:40 WIB