Tahun kedua, dengan napas kembang kepis, FSTVLST masih menunggu solusi untuk para pekerja seni yang tak boleh melakukan aktivitas fisik seperti konser musik. Namun, negara hanya mampu memberi imbauan yang lebih seperti pepesan kosong.
“Sepertinya, dunia kami, tempat kami berkarya, juga hajat hidup tim kami berada di antrian akhir atau bahkan malah nihil dalam pemikiran mereka yang dipertuan dan dipernyonya agung,†sambung Farid.
Situasi itu yang membuat FSTVLST yang dikuati: Farid Stevy (vokal), Roby Setiawan (gitar), Humam Mufid (bass), Danish Dacong (dram) dan Rio Faradino (keyboard) tak bisa menunda “Pagi Merah FSTVLSTâ€. Mereka tak mau dipermainkan. Mereka menolak tergolek tanpa daya. Di perayaan itu tiap orang yang datang meluncurkan doa dan harapan dengan kepal tangan ke udara. (Des)