3. Belajar Mengalah
Mengalah bukan berarti kalah. Ada kalanya anak ingin selalu mendapatkan apa yang ia mau. Jika hal tersebut dibiarkan, anak tidak akan belajar mengendalikan keinginannya pada situasi sosial tertentu. Untuk itulah, orang tua dan juga anak bisa belajar bersama untuk memahami betul situasi yang tepat untuk menerapkan sikap mengalah. Dalam film, Nussa digambarkan seperti anak kecil pada seusianya, terkadang dia mudah marah, dan merasa hebat dengan diri sendiri. Namun, Nussa pun belajar mengendalikan emosinya dalam menghadapi perlombaan yang ia ikuti. Kalah ataupun menang bukanlah persoalan yang harus dipusingkan. Bagi Nussa, yang terpenting dalam mengikuti lomba adalah merekatkan kebersamaan dan kesetiakawanan.
4. Sains itu Menyenangkan
Membuat anak menyukai sains menjadi tantangan bagi orangtua. Namun, orang tua harus kreatif untuk membuatnya terasa menyenangkan saat belajar. Nussa bisa menjadi sosok yang bisa orang tua contohkan kepada anak-anak mereka. Dengan menekuni sains, Nussa berhasil melakukan berbagai inovasi menyenangkan seperti menciptakan mainan roket yang canggih.
5. Keluarga Nomor Satu
Persoalan yang dikemas dalam film NUSSA tidak hanya sebatas masalah yang terjadi pada anak-anak saja. Dilematik yang dirasakan orang tua dalam memilih prioritas antara kerjaan dan keluarga pun turut terkisah. Jonni, rival sekaligus sahabat Nussa diceritakan menjadi anak yang murung karena tidak mendapat perhatian dari orang tuanya yang sibuk bekerja. Apresiasi atas pencapaian yang ia raih pun tidak dirasakan. Kisah Jonni menjadi teguran keras bagi para orang tua. Sesibuk apapun bekerja, keluarga adalah prioritas utama.
Setelah rilis di bioskop kemarin, kini film NUSSA bisa disaksikan kembali di platform streaming Bioskop Online mulai 25 Desember 2021. Tiket pre-order-nya sudah dapat dipesan hingga 24 Desember 2021. Dengan membeli tiket seharga Rp 40.000, penonton dapat menyaksikan film NUSSA bersama satu keluarga di rumah melalui platform Bioskop Online dan berlaku untuk 48 jam penayangan.
