Menurut Wahyu Jatmiko yang juga bagian dari Ga Production pemilik lagu Top-Topan, Strada memang dibangun mengandalkan komunitas di mana dalam setiap gerak, mereka menyebarluaskan informasi melalui instagram dan jejaring Whatsapp.
Strategi ini pula yang membuat gigs-gigs Strada kerap kali pecah, ditonton banyak orang.
“Sebelum event atau gigs, biasanya ada poster. Lalu anak-anak menyebar di sosial media seperti Instagram dan Whatsapp. Banyak yang story di IG atau Wa, karena itu gigsnya bisa pecah.
Apalagi dua tahun pandemi, mungkin kekangenan penonton sudah memuncak pada lagu-lagu seperti kami ini,†ungkapnya ketika berbincang, Kamis (16/6/2022).
Strada menurut Jatmiko, tegas tidak membenarkan kekerasan atas nama apapun dalam konser musik.
Ia pun merasa sedikit kecewa karena komentar miring warganet pada Strada, yang menuding band itulah penyebab kericuhan viral di Lippo Plaza Jogja akhir pekan lalu.
“Ini mengapa kami ingin meluruskan, bahwa kami tegas mengutuk kekerasan yang terjadi. Namun itu di luar kendali kami sebagai band, karena Event Organizer (EO) yang berwenang atas terselenggaranya event itu. Termasuk keputusan tiket HTM Rp 5 ribu itu, seluruhnya kewenangan penyelenggara. Kami percayakan kasus kemarin itu kepada kepolisian dan pihak EO,†sambungnya.
Saat ini, Strada tengah cooling down karena seluruh personil dan manajemen merasa terkaget dengan situasi yang dialami di Lippo Plaza Jogja.
Mereka pun harus membatalkan gigs di beberapa lokasi, meski pihak penyelenggara terus mendesak agar mereka tetap tampil.
“Kami harus membatalkan, seperti di SCH meski penyelenggara tetap berusaha meminta tampil. Kami akan menjelaskan terlebih dahulu, mungkin melalui video utuh detail yang terjadi di Lippo Plaza kemarin, harapannya agar masyarakat Yogyakarta mengerti, tidak salah sangka dengan kami,†pungkasnya. (Fxh)