Krjogja.com - Jakarta - Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan, seorang profesor arkeologi dari sebuah universitas di Australia disandera di dataran tinggi Papua Nugini.
Pria Australia itu adalah arkeolog yang bekerja untuk sebuah universitas di Australia dan tengah melakukan muhibah lapangan di Papua Nugini, dikutip dari Antara, Senin (20/2/2023).
Sang arkeolog didampingi oleh sejumlah mahasiswa Papua Nugini dari sebuah universitas di negeri itu yang juga disandera, kata dua sumber yang mengetahui insiden itu kepada Reuters.
Marape pada Senin mengatakan bahwa polisi dan militer dalam keadaan siaga. Pemerintah Papua Nugini saat ini tengah berkoordinasi dengan para misionaris yang bertindak sebagai penengah.
"Kami ingin kriminal-kriminal itu membebaskan mereka yang ditahan," kata Marape seperti disiarkan ABC Television.
Marape memastikan para penyandera tak akan bisa kabur ke mana pun. Identitas arkeolog itu tidak diungkapkan ke publik mengingat situasi ini sensitif.
Sebuah sumber di Papua Nugini mengatakan kepada Reuters pada Senin pagi bahwa situasi sudah sangat genting sehingga tak bisa berkomentar lebih jauh.
Para penyandera diyakini sudah menuntut uang tebusan.
Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia belum menjawab pertanyaan dari Reuters mengenai soal ini.
Sementara itu, pasca keberhasilan mengevakuasi 33 orang masyarakat Paro ke Kenyam, Kabupaten Nduga, tim gabungan TNI/Polri kini fokus melakukan penyelamatan pilot Susi Air, Philip Mark Mehrtens, warga negara Selandia Baru di wilayah Nduga dan sekitarnya.
"Saat ini TNI/Polri juga menangani warga Distrik Paro yang eskodus karena merasa ketakutan. Termasuk atas permintaan Bupati Nduga untuk membantu evakuasi," terang Brigjen TNI Jo Sembiring dalam laporan tertulis, Kamis (16/2/2023).
Data evakuasi warga yang diperoleh sampai dengan sekarang, dimulai pada Rabu (8/2/2023) evakuasi 15 orang pekerja, Jumat (10/2/2023) evakuasi 25 orang warga Paro, Sabtu (11/2/2023) 33 orang warga Paro, dan Senin (13/2/2023) 167 jiwa.
Meski dibanjiri eksodus warga Paro, Jo Sembiring menekankan, upaya pencarian Pilot Susi Air terus dilakukan. Tim Gabungan TNI/Polri melakukan pencarian menggunakan pesawat TNI AU dan Polri. "Untuk mengoptimalkan pencarian, Tim Gabungan TNI-Polri kini bergabung dengan Satgas Damai Cartenz," imbuhnya.
Aparat TNI-Polri diketahui terus berkoordinasi dengan para tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat dan pihak pemerintah daerah.