20 Tahun Tragedi Bom Bali,Terima Keadaan dan Memaafkan Pelaku

Photo Author
- Kamis, 13 Oktober 2022 | 13:44 WIB
Perempuan memegang bunga di Monumen Kemanusiaan Ground Zero bagi para korban untuk memperingati 20 tahun bom Bali  di Kuta, Bali, Rabu (12/10/2022). (SONNY TUMBELAKA / AFP )
Perempuan memegang bunga di Monumen Kemanusiaan Ground Zero bagi para korban untuk memperingati 20 tahun bom Bali di Kuta, Bali, Rabu (12/10/2022). (SONNY TUMBELAKA / AFP )

Krjogja.com - Melbourne - Dua dekade sudah tragedi bom Bali berlalu. Aksi teror tersebut menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia.


Mengutip ABC Indonesia, Rabu (12/10/2022), sejumlah kerabat korban tragedi bom Bali menceritakan bagaimana kondisi mereka kehilangan orang yang disayang


Kadek Wina Pawani masih berusia lima tahun ketika ayahnya, Kadek Sumerawat, yang bekerja sebagai pengemudi menjadi salah satu korban bom Bali tahun 2002.


Peristiwa bom Bali di Sari Club di Kuta tersebut menewaskan lebih dari 200 orang, dengan sebagian besar korban adalah warga Indonesia dan lebih dari 80 lainnya warga Australia.


Wina, nama panggilannya, mengatakan dia baru sepenuhnya sadar mengenai peristiwa tersebut ketika dia sudah duduk di bangku SMP karena ingatannya sendiri samar atas ayahnya.


"Ibu juga tidak banyak bercerita karena mungkin waktu itu saya masih kecil," katanya kepada ABC Indonesia.


"Baru setelah SMP saya merasa dalam hidup saya saya kehilangan satu orang yaitu Bapak saya."


Ibunya yang tak mudah untuk menghidupi keluarga mulai dari membuka toko, berjualan makanan keliling, sampai membuka usaha laundry. Itu pun tidak sepenuhnya berhasil.


"Saya merasa dunia tidak adil, [saya] tidak bisa menerima keadaan mengapa ayah saya menjadi korban dari apa yang dilakukan orang lain," kata Wina, anak kedua dari tiga bersaudara tersebut."Saya melihat sendiri bagaimana susahnya ibu saya menjalani kehidupan sehari-hari setelah ayah saya meninggal.'


Sekarang di usia 25 tahun, Wina yang kini bekerja di salah satu rumah sakit hewan di Denpasar ini mengaku pandangannya berubah terhadap para pelaku bom Bali tersebut.


"Saya mulai menerima. Mungkin ini semua sudah seharusnya terjadi, dan saya mulai memaafkan pelakunya."


"Mereka yang melakukannya juga memiliki keluarga dan saya yakin hukuman apa pun yang dijatuhkan terhadap pelakunya akan juga memengaruhi keluarga, mereka pasti juga dalam tekanan."





Tiga Hari Menunggu Ayah Pulang


Berbeda dengan Wina, Ni Wayan Limna Rarasanti kehilangan ayahnya ketika dia berusia 12 tahun, sehingga ia masih memiliki ingatan akan sang ayah, I Wayan Sujana, yang saat itu bekerja sebagai petugas keamanan di Sari Club.


"Yang paling berkesan adalah saya dulu suka dibawa ayah jalan-jalan naik motor ke mana-mana," katanya kepada ABC Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X