Begini Tradisi Taiwan Merayakan Kematian dengan Sederhana

Photo Author
- Sabtu, 3 April 2021 | 05:06 WIB
IMG_20210402_220914
IMG_20210402_220914

TAIWAN, KRJOGJA.com - Aura bahagia tampak di wajah para peserta. Betapa tidak? Mereka baru saja selesai menggambar tradisi di negaranya. Spidol berwarna-warni dan kertas gambar telah disiapkan panitia.

Di Taiwan, ada yang namanya Qing Ming Festival (清明節) atau Tomb Sweeping Day alias Hari Bersih-bersih makam.

Tradisi kuno ini diperingati warga Taiwan setiap 5 April. Tidak perlu persis di tanggal 5 April mereka berkunjung ke makam keluarga mereka. Anggur, makanan, kemenyan, bunga segar (Lili atau chrysanthemums) adalah pilihan tepat sebagai bekal sebelum dibawa ke makam. Ibu hamil, anak-anak kecil, dan anggota keluarga yang sakit sebaiknya tidak mengunjungi makam karena mereka rentan menjadi sasaran arwah-arwah yang lapar.

Selama berkunjung ke makam, masyarakat Taiwan berpakaian sederhana. Mereka menhindari warna-warna yang terlalu menyolok, seperti merah, kuning, oranye, pastel, dan neon.

Sebagai universitas berkelas Internasional yang menjaga tradisi, Taipei Medical University mengadakan festival sederhana. Kegiatan ini bertajuk "Tomb Sweeping Festival in Taiwan: Let's make Popiah by ourselves".

Popiah adalah makanan tradisional Taiwan yang dikenal juga dengan nama Lunpia di kota Semarang, Indonesia. Kegiatan yang diadakan 1 April 2021 dan dihadiri sekitar lima belas orang itu dilakukan di ruang 8004, lantai B1, Rear Building, jam enam hingga tujuh malam.

"Tradisi bersih-bersih makam bagi warga Taiwan disambut sebagai sarana mengenang leluhur dan orang terkasih yang sudah meninggal dunia. Dikenang dalam suasana sukacita, dilengkapi dengan makan bersama. Salah satu makanan yang bisa dipakai sebagai sesajen adalah popiah atau lumpia. Acara hari ini seru, mengenalkan Qing Ming Festival dan memberi kesempatan membuat lumpia bagi mahasiswa lokal (Taiwan) dan internasional," jelas Yoseph Samodra.

Ia mahasiswa PhD di School of Public Health yang berasal dari Indonesia. Lain lagi tanggapan Debby Su. Ketua panitia itu mengatakan bahwa ia senang karena bisa mendapatkan teman baru. Senada dengan hal ini, Darren juga menanggapi bahwa dirinya sangat menikmati Popiah dan bahagia bisa berkenalan dengan orang dari berbagai belahan dunia.

Darren tidak salah. Para peserta memang berasal dari beraneka bangsa, seperti: Indonesia, Taiwan, India, dan Vietnam. Contohnya Ritika. Ia adalah mahasiswa PhD tahun pertama di IGPM berasal dari India. "It's very great gathering and make new friends and know about culture. I like food," katanya ramah.

Peserta dapat meracik Popiah secara mandiri. Panitia telah mempersiapkan kulit pembungkus, daging, kubis, tahu, bihun, gula coklat, gula putih. Cara membuatnya pun cukup mudah. Ambil kulit pembungkus, tambahkan isinya. Bisa daging, bihun, atau tahu. Peserta bebas memilih. Setelah itu taburi dengan gula secukupnya. Kulit itu digulung, dilipat, dan siap disantap. Selain menikmati Popiah, peserta juga dapat berkenalan dan berbagi cerita atau pengalaman dengan peserta lainnya.

"Hear other people sharing their country culture is a special experiences," tutur Huang Liang Yu. Para peserta tampak bahagia sekali malam itu. Mereka pulang dengan membawa sejuta kenangan indah.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Amerika Serikat Dijuluki Raja Bioetanol di Dunia

Kamis, 18 Desember 2025 | 16:20 WIB

Novelis Inggris Joanna Trollope Meninggal Dunia

Sabtu, 13 Desember 2025 | 21:05 WIB

Pesona Indonesia pada Bazar Amal di Bucharest

Rabu, 10 Desember 2025 | 15:16 WIB

Gempa Bumi Guncang Dua Kota di Inggris

Jumat, 5 Desember 2025 | 10:50 WIB

Wartawan Ini Butuh Waktu 20 Tahun Untuk Diajak Bicara

Jumat, 28 November 2025 | 15:40 WIB
X