AUSTRALIA, KRJOGJA.com - Direktur Migrant Care Wahyu Susilo menyatakan kalangan pekerja migran Indonesia mengalami kondisi rentan sehingga bisa terpapar radikalisme. Pelaku serangan bom bunuh diri di Tanah Air bahkan ada yang berasal dari latar-belakang pekerja migran.
Hal itu dikemukakan Wahyu dalam diskusi Indonesia Forum yang digelar di University of Melbourne, Senin 11 November 2019.
"Bayangan kita 'kan mereka yang melakukan aksi terorisme adalah yang tergabung di organisasi Islam garis keras," kata Wahyu sebagaimana dilansir ABC Indonesia, Selasa (12/11/2019).
"Mungkin (ada) dari unsur mereka juga, tapi ternyata dari kelompok-kelompok pekerja yang rentan ini juga sudah mulai muncul," ujarnya.
Menurutnya, kelompok yang rentan terpapar radikalisme tidak lain adalah kelompok yang masuk dalam golongan prekariat.
Antropolog dan dosen di Universitas Sebelas Maret Solo, Aris Mundayat yang juga hadir dalam diskusi itu, mengatakan definisi prekariat di abad ke-21 ini berbeda dengan pengertiannya di abad ke-19.
Ia mengatakan bahwa di masa ini, pekerja migran harus terlebih dahulu mengeluarkan modal untuk dapat bekerja. Hal ini menimbulkan kondisi precarious atau rentan.
"Kenapa mereka precarious? Ketika mereka berangkat mereka sudah harus mengeluarkan modal, kalau ke Hongkong mungkin 20-30 juta rupiah," kata dia.