MADINAH, KRJOGJA.com - Hari ketiga jemaah haji asal Indonesia berada di Madinah, sejumlah kejadian mulai banyak bermunculan. Padahal, hal-hal yang terjadi tersebut sudah sejak awal dihimbau berbagai pihak sebagai antisipasi melihat fakta yang ada di lapangan, khususnya di area Masjid al Haram Nabawi. Namun demikian, masih banyak yang kurang mengindahkan himbauan tersebut.
Seperti halnya himbauan untuk membawa alas kaki, baik sepatu maupun sandal hingga masuk ke dalam masjid dengan dimasukkan ke dalam kantung plastik atau tas. Namun dalam kenyataannya, masih banyak jemaah yang sebagian besar berusia sepuh meninggalkan sandalnya di luar masjid.
Alhasil saat keluar masjid, alas kakinya tidak ada di tempat. Entah hilang atau lupa menaruh, menjadikan jemaah tersebut tidak berani keluar masjid karena lantai halaman Masjid Nabawi yang sangat panas. Seperti yang dialami Sumairi asal Ponorogo. Meski mengaku tidak pernah memakai alas kaki saat di sawah, tapi telapak kakinya tidak kuat menahan panasnya lantai halaman Masjid Nabawi yang tersengat terik matahari hingga 45 derajat celcius.
“Sebenarnya mungkin sendalnya tidak hilang. Cuma lupa menaruhnya saja. Tidak memperhatikan antara pintu masuk dan keluar karena bentuknya sama. Jadinya saat dicari tidak ada dan mengatakan sandalnya hilang. Tadi saja ada satu kelompok yang mengaku sandalnya hilang semua. Kalau itu bukan hilang, cuma lupa naruhnya saja. Jemaah masih membawa stigma dari Indonesia kalau alas kaki tidak boleh dibawa masuk masjid,†ucap Kepala Sektor Khusus (Seksus) Nabawi, Kusnul Hadi dijumpai tim Media Center Haji (MCH) 2019, Senin (8/7).
Kedaulatan Rakyat yang menjadi bagian MCH 2019 menjumpai sendiri beberapa jemaah yang kehilangan sandal hingga tidak berani keluar masjid. Mereka memilih berteduh sambil telanjang kaki. Setelah dihampiri dan dikomunikasikan dengan Seksus Nabawi, akhirnya diberikan alas kaki yang memang sudah disiapkan sebelumnya.
Selain alas kaki yang hilang, tidak sedikit jemaah lansia yang terpisah dari rombongan. Rata-rata mereka lupa dari mana arah masuknya karena pintu Nabawi serupa dan sangat banyak. Apalagi kompleks masjid yang terdapat makam Rasulullah SAW ini sangat luas.
Seperti dialami salah satu jemaah asal Embarkasi Lombok (LOP) 2 yang hanya berputar-putar di area Masjid Nabawi sejak selesai Salat Dhuhur hingga jelang Ashar. Setelah Kedaulatan Rakyat ikut mencarikan hotel tempatnya tinggal berdasar penelusuran identitas, ternyata jemaah ini masuk dari Pintu 7. Padahal, ketika ditemukan hanya berkutat di pintu 21-35 hingga kelelahan.